Rizal Ramli Mengaku Diminta Prabowo Beri Saran ke Pemerintah
Reporter
Ryan Dwiky Anggriawan
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Sabtu, 6 Oktober 2018 16:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan siap membantu pemerintah dengan memberi ide perbaikan ekonomi secara gratis meskipun ia di kubu oposisi pemerintahan. Hal ini dilakukan setelah ia dan para ekonom lainnya diminta oleh calon presiden Prabowo Subianto untuk menyumbang pemikiran kepada pemerintah.
Baca: Rizal Ramli Kritik Jokowi, dari Makro Ekonomi Hingga Impor Beras
"Pak Prabowo ingatkan supaya kami berbesar hati, lah. Kalau teman-teman ekonom ada ide bagus, kita sumbang sama pemerintah," kata Rizal di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara nomor 4, Jakarta Selatan, Jumat malam, 5 Oktober 2018.
Menurut Rizal, hal ini dilakukan karena ia tak ingin krisis ekonomi benar-benar terjadi di Indonesia. Ia mengatakan kondisi ekonomi Indonesia saat ini berada di 'lampu merah'. Dalam analoginya, kondisi ekonomi Indonesia dengan sistem kesehatan tubuh manusia saat ini kondisnya kurang sehat.
"Antibodi kita kurang kuat, kena virus apa aja kita bisa sakit," ujar Rizal. Dengan begitu, menurut dia, kalau ada goncangan perekonomian, pemerintah tak bisa serta merta menyalahkan faktor eksternal. "Tidak fair kalau menyalahkan semua hanya ke faktor-faktor internasional, Italia lah, Turki lah, dan sebagainya," ujarnya.
Lebih jauh Rizal menyampaikan tiga saran ke pemerintah untuk memperbaiki kondisi perekonomian. Ketiga poin itu adalah: menerapkan tarif antidumping 25 persen untuk produk baja dan turunannya, menaikkan pajak pembelian mobil dan mewajibkan hasil ekspor masuk sistem perbankan.
Rizal menjelaskan, usul agar pemerintah menerapkan tarif antidumping sebesar 25 persen terhadap produk baja dan turunannya. Dengan demikian, secara otomatis nilai impor akan turun sebesar US$ 5 miliar.
Pasalnya, 67 persen dari total nilai impor berasal dari baja Cina. Hal ini terjadi karena produksi baja Cina yang melimpah dan akhirnya dijual ke Indonesia dengan harga sangat murah. Walhasil, industri dalam negeri seperti PT Krakatau Steel dan perusahaan baja swasta lainnya mengalami kerugiannya.
<!--more-->
Selain itu, Rizal juga mengusulkan pajak pembelian mobil karena dinilai bakal mengurangi nilai impor secara signifikan. Bahkan, ia meminta pemerintah harus melakukan lobi dengan Perdana Men teri Jepang, Shinzo Abe, untuk tidak mengimpor mobil selama dua sampai tiga tahun ke depan hingga suasana ekonomi Indonesia kembali normal.
"Kami minta pemerintah jangan beraninya sama pedagang menengah kecil yang dagang lipstik, dagang tas, dagang baju. Berani juga dong sama yang besar," kata Rizal.
Adapun dalam usulnya ketiga mewajibkan hasil ekspor masuk sistem perbankan, menurut Rizal, karena melihat saat ini hasil ekspor yang masuk dalam sistem perbankan Indonesia hanya sebesar 20 persen. "Kita harus di depan kurva untuk bisa keluar dari krisis," ujarnya.
Penyimpanan hasil ekspor itu, kata Rizal, harus ditahan Bank Indonesia selama satu tahun agar nantinya bisa memperbaiki cadangan devisa dan kurs rupiah bisa lebih stabil. "Dulu Thailand sama dengan kita, hasil ekspornya hanya 5 persen yang masuk dalam perbankan nasional. Tapi setelah Undang-undangnya diubah, akhirnya hari ini 95 persen hasil ekspor Thailand masuk ke negaranya," tuturnya.
Sebetulnya pemerintah sudah mengambil sejumlah langkah untuk mendorong perekonomian yang senada dengan usul Rizal Ramli. Menteri Keuangan Sri Mulyani, misalnya, sebelumnya menyatakan bersama dengan Bank Indonesia dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sedang menyiapkan insentif bagi para eksportir yang mengkonversi devisa hasil ekspornya.
Insentif ini tak lain juga merupakan upaya pemerintah menjaga agar menyeimbangkan pasokan dan permintaan dolar di dalam negeri dan pada akhirnya bisa menopang kurs rupiah. "Bagaimana supaya devisa hasil ekspor tinggal di Indonesia dan mendapatkan insentif dalam bentuk pengurangan pajak penghasilan atas bunga yang diperolehnya itu bisa sekarang dibuat lebih fleksibel," ujar Sri Mulyani di kantornya, Rabu, 3 Oktober 2018.
Baca: Rupiah Loyo, Rizal Ramli Usul 10 Barang Impor Terbesar Dikurangi
Sri Mulyani terus mendorong para eksportir agar mengkonversi seluruh devisa hasil ekspor untuk transaksi di dalam negeri. Konversi tersebut, menurut dia, sangat membantu keseimbangan pasokan dan permintaan dolar di dalam negeri.
Simak berita lainnya terkait Rizal Ramli hanya di Tempo.co.