Ekonomi Global Berfluktuasi, Sri Mulyani: Adjustment, Adjustment

Rabu, 3 Oktober 2018 16:07 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menghadiri World Economic Forum on ASEAN di Convention Center, Hanoi, Vietnam, Rabu, 12 September 2018. REUTERS/Kham

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah terus melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam menghadapi dinamika perekonomian global. Tak terkecuali saat ini ketika fluktuasi ekonomi global yang secara tak langsung berdampak pada makin jebloknya kurs rupiah tembus ke level Rp 15 ribuan per dolar AS.

Baca: Kurs Rupiah Tembus 15.000, Sri Mulyani: Pemerintah Terus Memantau

Dengan tekanan yang terus terjadi di neraca pembayaran, Sri Mulyani menegaskan pemerintah berfokus agar tekanan itu tidak berdampak negatif kepada perekonomian secara umum. "Makanya adjusment, adjustment, adjustment. Itu tema yang kita lakukan, baik policy adjusment dan level adjusment," kata dia, di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu, 3 Oktober 2018.

Kurs tengah Bank Indonesia hari ini mencatat rupiah di level Rp 15.088 per dolar AS. Angka itu melampaui kurs rupiah yang dipatok di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2018 di level Rp 13.400 per dolar AS.

Sri Mulyani mencontohkan, situasi perekonomian global yang bergerak begitu cepat ditandai dengan sejumlah kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) turut memperlebar defisit transaksi berjalan. Bahkan angka defisit diprediksi mencapai 3 persen dari Produk Domestik Bruto pada tahun ini karena di saat yang bersamaan nilai impor juga melonjak. Defisit itu yang kemudian menekan nilai tukar rupiah.

Advertising
Advertising

Sebelumnya diketahui The Fed telah mengerek suku bunga acuannya. Dari sinyal yang diberikan terlihat The Fed berencana menaikkan suku bunga dari 0,25 hingga melebihi 2 persen hingga 2019.

Lebih jauh Sri Mulyani menjelaskan, sebetulnya jika dalam keadaan ekonomi normal yaitu tidak ada kenaikan suku bunga The Fed dan pengetatan likuiditas, maka defisit transaksi berjalan 3 persen dengan ekonomi domestik yang cukup baik, mestinya ada hal-hal positif yang bisa dicapai. "Bisa menarik inflow, sehingga kita bisa financing terhadap defisit," ujarnya.

Sri Mulyani lalu membandingkan kondisi saat ini dengan tahun 2013 saat tapper tantrum terjadi. Kala itu, defisit transaksi berjalan Indonesia melebihi 3 persen dan rupiah terkoreksi cukup dalam. "Saat itu tapper tantrum terjadi saat The Fed mengumumkan rencana normalisasi, tapi kali ini sudah melaksanakan, bukan lagi mengumumkan," ucapnya.

Baca: Sri Mulyani: Kerugian Akibat Bencana Alam Rp 22 Triliun per Tahun

Secara historis, kata Sri Mulyani, Indonesia juga sempat melalui dua kali kenaikan suku bunga The Fed pada 2017. Kala itu rupiah masih cenderung stabil dan defisit transaksi berjalan masih di bawah 2 persen. "Capital inflow masih baik sehingga nilai tukar cukup stabil."

Berita terkait

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

12 jam lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

1 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

1 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

2 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

2 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

2 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

2 hari lalu

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

AdaKami akan berfokus pada pendanaan untuk usaha mikro dan kecil.

Baca Selengkapnya

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

2 hari lalu

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

Kerap kali barang impor bisa terkena harga denda dari Bea Cukai yang sangat tinggi. Bagaimana respons Menteri Keuangan Sri Mulyani?

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

2 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

3 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya