Selain Soal Gudang, Budi Waseso Sebut Beras Impor Keras dan Pera
Reporter
Kartika Anggraeni
Editor
Elik Susanto
Kamis, 20 September 2018 05:52 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan beras yang digelontorkan untuk operasi pasar atau beras sejahtera diprioritaskan hasil serapan dalam negeri. Sebab, beras impor sebanyak 1,4 juta ton yang sudah masuk, ternyata tidak sesuai dengan tipe beras yang disukai masyarakat Indonesia. Sehingga, beras tersebut belum didistribusikan.
Baca: Budi Waseso: Mantan Bos Bulog Jadi Pengkhianat Bangsa
Dalam konferensi pers di Kantor Perum Bulog Jakarta, Rabu, 19 September 2018, Budi Waseso mengungkapkan sejumlah persoalan terkait dengan beras impor. Terdapat sejumlah masalah terkait dengan beras impor, baik yang ditemukan Perum Bulog maupun Kementerian Perdagangan. Berikut ini sebagian masalah tersebut.
Beras Impor Ternyata Keras atau Pera
Berdasarkan hasil evaluasi tim Bulog pimpinan Budi Waseso, beras impor ternyata memiliki jenis beras yang keras dan pera. Ini berbeda dengan kualitas beras dalam negeri yang pulen dan disukai rakyat Indonesia. “Kita punya beras dalam negeri, kenapa pakai beras luar negeri. Saya evaluasi hasil impor yang lalu, ternyata jenis dan rasanya tidak sesuai,” kata Budi Waseso atau akrab disapa Buwas itu.
Budi Weseso melanjutkan, jika beras impor didistribusikan sebagai beras operasi pasar atau beras sejahtera masyarakat akan mengeluhkan dan menganggap Bulog menjual beras berkualitas rendah. "Kalau melihat Bulog ingatnya beras raskin. Padahal saat ini sudah berubah, kualitas beras Bulog lebih baik dibanding dengan beras impor.”
Menurut Budi Waseso, hingga akhir Desember 2018 Bulog bakal terus menyerap gabah petani sebanyak 4.000-5.000 ton per hari. Pada masa panen raya, diperkirakan daya serap Bulog bisa 10 ribu sampai 15 ribu ton gabah kering per hari. Sampai saat ini, masih menurut Budi Waseso, Bulog telah menyerap beras dalam negeri sebanyak 1,4 juta ton atau 52,2 persen dari target sebesar 2,72 ton pada akhir 2018.
Seluruh Gudang Bulog Penuh Beras
<!--more-->
Budi Waseso menambahkan, stok cadangan beras Bulog sampai akhir tahun bisa mencapai 3 juta ton dengan perhitungan penyerapan gabah dari petani 4.000 ton per hari. Dengan tambahan penyerapan gabah masa panen pada Januari - Juni 2019, dia meyakini Indonesia tidak perlu impor beras lagi, setidaknya sampai Juni 2019.
Baca: Polemik Impor Beras, Budi Waseso: Kita Harus Berhitung Betul
Menurut Budi Waseso, jika impor beras tetap dilakukan maka Kementerian Perdagangan harus menyiapkan tempat untuk menyimpannya. Alasannya, gudang milik Bulog saat ini sudah penuh dengan stok beras. "Mendag udah komitmen, kantornya siap jadi gudang,” ujar mantan Kepala Bareskrim Polri ini. Z
Budi Waseso menegaskan, Bulog telah berkomitmen bahwa Indonesia tidak memerlukan impor beras karena saat ini stok mencapai 2,4 juta ton. Jumlah tersebut belum termasuk beras impor yang akan masuk pada Oktober sebesar 400 ribu ton, sehingga total stoknya menjadi 2,8 juta ton, atau 2,7 juta ton jika dikurangi dengan kebutuhan beras sejahtera 100 ribu ton.
Soal Kantor Mendag Jadi Gudang Beras
Stok tersebut, kata Budi Waseso, tersimpan di gudang-gudang Bulog dan penuh kapasitasnya. Dia berharap Kantor Kementerian Perdagangan siap dijadikan gudang penyimpanan beras impor. "Jangan urusan gudang, urusan Bulog, harusnya saya dibantu. Pak Buwas butuh gudang, sekian, ini data-datanya, begitu dong. Kalau urusan bayar, itu urusan saya". Budi Waseso lantas melanjutkan, "Itu Menteri Perdagangan sudah komitmen kan, kantornya siap dijadikan gudang ya sudah".
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa penyimbangan beras impor dan gudang sepenuhnya tanggung jawab Bulog. Soal impor beras, menurut Enggartiasto, telah diputuskan dalam rapat koordinasi yang melibatkan Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian dan Bulog. "Itu urusan Bulog. Bulog bagian dari pemerintah. Yang ditugaskan impor beras siapa? Bulog, ya sudah," kata Enggartiasto.
Mendag menanggapi santai pernyataan Budi Waseso terkait impor yang belum dibutuhkan dan soal kantornya yang disebut siap dijadikan gudang. "Enggak apa-apa. Jangan diperpanjang. Yang pasti, rapat koordinasi memutuskan jumlah total impor beras 2 juta ton. Itu keputusan rakor, bukan saya," kata Enggartiasto, Rabu, 19 September 2018.
ANTARA