BI Jaga Instrumen Berdenominasi Rupiah Tetap Menarik

Reporter

Antara

Senin, 17 September 2018 17:18 WIB

Gubernur BI terpilih Perry Warjiyo (kiri) bersama Deputi Gubernur BI terpilih Dody Budi Waluyo sesaat akan mengikuti rapat paripurna di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 3 April 2018. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI berjanji menjaga disparitas suku bunga (differential interest rate) domestik dengan negara-negara maju dan berkembang agar instrumen berdenominasi rupiah tetap mampu menarik portofolio asing di tengah makin tingginya potensi perang suku bunga secara global.

Baca juga: BI Diprediksi Menaikkan Suku Bunga pada RDG Mendatang

Hal itu ditegaskan Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Jakarta, Senin, 17 September 2018, menyikapi keputusan agresif Bank Sentral Turki menaikkan suku bunga acuannya hingga 625 basis poin menjadi 24 persen pada Kamis lalu.

"Yang penting berikutnya bagaimana menjaga modal masuk. Karena, bagaimana pun juga, defisit (transaksi berjalan) perlu pembiayaan dan akan tertutupi kalau misalnya aliran modal masuk kita tidak saja dari investasi asing langsung, tapi juga investasi portofolio. Itu pentingnya jaga perbedaan suku bunga," ujarnya.

Saat disinggung apakah BI akan turut menaikkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 26-27 September mendatang, Dody tidak menjawab spesifik. Dia hanya menegaskan bank sentral akan mempertimbangkan semua faktor eksternal dan domestik.

"Kita punya banyak faktor data-data yang kita lihat bagaimana perkembangan domestik, perkembangan di luar negeri dilihat. Jadi tidak serta-merta suku bunga The Fed naik, kita juga menaikkan suku bunga BI. Lalu tidak serta-merta Turki dinaikkan suku bunganya, kita juga menaikkan," katanya.

Menurut Dody, BI melihat sisi diferensial suku bunga, risiko baik di luar dan dalam.

Selain Turki, negara maju lain juga diperkirakan akan ikut menaikkan suku bunganya, di antaranya Kanada dan Swedia pada kuartal keempat 2018 serta Amerika Serikat pada September dan Desember 2018.

BI berkomitmen menerapkan kebijakan yang antisipatif dengan jargon front loading, preemptive, dan ahead of the curve. Fundamen ekonomi domestik, kata Dody, juga menunjukkan perbaikan saat ini. Defisit neraca perdagangan Agustus 2018 sebesar US$ 1,02 miliar sudah jauh menurun dibanding Juli 2018, yang sebesar US$ 2,03 miliar.

Dody melihat penurunan defisit neraca perdagangan Agustus 2018 bisa berlanjut dan akan memperbaiki defisit transaksi berjalan pada kuartal III 2018 (Juli-Agustus-September) ini.

Adapun inflasi hingga Agustus berada di 3,2 persen (year-on-year/yoy) atau dalam sasaran bank sentral di 2,5-4,5 persen (yoy) tahun ini.

BI menjadwalkan RDG pada 26-27 September 2018. Pertemuan bulanan rutin untuk menentukan kebijakan itu sengaja diundur ke pekan keempat September, bukan pada pekan kedua atau ketiga seperti pertemuan bulanan rutin sebelumnya.

Penjadwalan RDG BI pada pekan keempat itu khusus untuk menanti keputusan dari komite pasar terbuka bank sentral Amerika (FOMC) pada 25-26 September 2018. Bank sentral Amerika, The Federal Reserve, diperkirakan pelaku pasar global akan menaikkan suku bunga acuannya yang ketiga kali tahun ini dalam rapat itu.

ANTARA

Berita terkait

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

5 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

19 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

21 jam lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

2 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

3 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya