TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate pada Rapat Dewan Gubernur mendatang. Bhima memperkirakan Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga 25 basis poin.
Baca juga: Rupiah Loyo, BI Diprediksi Intervensi Pasar SBN Rp 5 Triliun
"Akan naik 25 bps. Suku bunga cuma obat sementara alias parasetamol untuk menguatkan rupiah," kata Bhima saat dihubungi, Ahad, 9 September 2018.
Menurut Bhima, masalah lebih penting yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah adalah defisit transaksi berjalan yang harus dikurangi. Bhima memproyeksi rupiah pada 10 - 14 September 2018 bergerak di kisaran level RP 14.840 Rp 14.990 per dolar AS.
"Tren pelemahan rupiah diwaspadai terus berlanjut hingga akhir September dipicu oleh rencana kenaikan Fed rate 25 basis poin," ujar Bhima.
Dalam situs resmi Bank Indonesia, RDG berlangsung pada 26-27 September 2018.
Sedangkan analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta juga memprediksi BI akan menaikkan suku bunga acuan. Nafan menilai yang terpenting, selama tren pertumbuhan ekonomi kedepannya masih positif, maka BI memiliki peluang untuk menaikan suku bunga acuan.
Nafan memprediksi BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. "Dalam rangka menstabilkan rupiah," kata Nafan.
Adapun, kata Nafan, data makroekonomi domestik yang perlu dicermati adalah Neraca Perdagangan yang diproyeksikan mengalami surplus. Menurut Nafan hal tersebut akan menjadi sentimen positif bagi rupiah.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto juga memperkirakan BI akan menaikkan suku bungan acuan, terlebih jika rupiah kembali melemah. William memprediksi BI akan menaikkan suku bunga mencapai 50 basis poin.