Mengenal Risha, Inovasi Rumah Tahan Gempa yang Disukai Milenial

Selasa, 11 September 2018 12:40 WIB

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat baru-baru ini merilis konsep pembangunan rumah inovasi bernama Risha. (dok. LitbangPU)

TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat baru-baru ini merilis konsep pembangunan rumah inovasi bernama Risha. Risha kepanjangan dari rumah instan sederhana sehat ini menjadi solusi alternatif hunian pilihan milenial.

Baca: Wijaya Karya Kaji Rencana Pembangunan 2.000 Rumah Rakyat Namibia

Travel Blogger Mochamad Takdis telah membagikan pengalamannya membangun rumah dengan menggunakan sistem Risha di akun Twitter-nya. Ternyata hal itu mendapatkan respons positif oleh pengikutnya yang mayoritas merupakan generasi milenial.

"Saya mau sharing tentang usaha saya bikin rumah, karena ternyata, bikin rumah itu tidak begitu mahal! Apalagi untuk milenial yang katanya tidak akan bisa beli atau bikin rumah. Mari kita patahkan anggapan itu!" ujar Mochamad Takdis, dikutip dari akun Twiter-nya @takdos, Ahad, 9 September 2018.

Lebih jauh Adis menyebutkan, pembangunan rumah dengan menggunakan konsep Risha mampu menekan jumlah dana yang harus dikeluarkan, bahkan tidak menghabiskan anggaran lebih dari Rp 1 miliar yang sudah termasuk dana pembangunan dan harga beli tanah.

Advertising
Advertising

Adis mengaku telah membeli tanah di daerah Utara Bandung seharga Rp 2,3 juta per meter persegi dengan luas tanah 230 meter persegi atau dengan total Rp 529 juta pada tahun lalu. Pembangunan rumah dengan teknik konvesional umumnya dikenakan tarif Rp 4,5 juta hingga Rp 6 juta per meter persegi sesuai dengan luas bangunan yang diinginkan.

"Kalau yang saya ingin itu rumah 2 lantai dengan ukuran luas sekitar 120 meter persegi, sehingga totalnya Rp 540 juta hingga Rp 720 juta ditambah harga tanah totalnya Rp1 miliar lebih. Kalau dengan Risha, bangun rumahnya tidak lebih dari Rp 200 juta," ujarnya.

Bahkan, menurut Adis, jika konsep bangunan rumah lebih sederhana dan terdiri atas satu lantai bangunan, maka total dana pembangunan yang dikeluarkan dengan menggunakan teknik Risha bisa mencapai Rp 60 juta saja. "Jadi, katakanlah kalian beli tanah 100 meter persegi dengan harga di bawah Rp 100 juta. Banyak ini (tanah dengan luas tersebut), tapi ya lokasinya jauh dari kota. Terus, kalian bangun rumah dengan sistem Risha, ya paling abis Rp 200 juta saja," katanya.

Risha merupakan rumah terjangkau dengan konsep knock down yang proses pembangunannya tidak membutuhkan semen dan bata, melainkan dengan menggabungkan panel-panel beton dengan baut, sehingga pembangunan rumah ini dapat diselesaikan dengan waktu jauh lebih cepat.

Sistem Risha juga dikenal sebagai rumah anti gempa dan saat ini digunakan Kementerian PUPR untuk membangun ulang rumah masyarakat di Lombok terdampak bencana alam gempa. Namun, pembangunan rumah dengan konsep Risha memiliki kelemahan yaitu struktur bahannya yang tebal dan kaku sehingga desain bangunan tidak fleksibel dan cenderung kaku.

Adis berharap dengan adanya sistem konsep Risha oleh Kementerian PUPR tersebut dapat mematahkan anggapan beberapa lembaga survei yang menyatakan milenial tidak bisa beli atau bangun rumah akibat menipisnya hunian yang terjangkau bagi milenial. "Kalau properti semakin mahal, kita yang harus semakin pintar mengakalinya," ujar Adis.

Sebelumnya Kementerian PUPR memperkenalkan rumah tahan gempa dengan menggunakan teknologi Risha usai gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kepala Pusat Litbang Permukiman Balitbang Kementerian PUPR Arief Sabarudin menyebutkan teknologi itu menggunakan panel knock down sehingga mudah dipasang dan lebih cepat penyelesaiannya, serta biaya lebih murah dibandingkan konstruksi rumah konvensional.

Arief Sabarudin mengatakan dengan jumlah rumah yang rusak cukup banyak dan kebutuhan proses rekonstruksi rumah yang cepat, maka produksi panel-panel beton Risha akan dilakukan di workshop sehingga kualitas dan ukurannya bisa terstandardisasi.

BISNIS

Berita terkait

PBB: Butuh Waktu 80 Tahun untuk Bangun Kembali Rumah-rumah di Gaza yang Dibom

1 hari lalu

PBB: Butuh Waktu 80 Tahun untuk Bangun Kembali Rumah-rumah di Gaza yang Dibom

Laporan terbaru UNDP menemukan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk membangun kembali rumah-rumah Gaza yang hancur dibom adalah 80 tahun.

Baca Selengkapnya

BRIN: Rumah di Puspitek Punya Negara Tak Bisa Dimiliki

3 hari lalu

BRIN: Rumah di Puspitek Punya Negara Tak Bisa Dimiliki

Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan pada BRIN Arywarti Marganingsih mengatakan perumahan Puspitek, Serpong, tak bisa jadi hak milik.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: 40 Pabrik Baja Ilegal hingga 'Karpet Merah' Jokowi untuk Program Makan Siang Gratis

6 hari lalu

Terpopuler Bisnis: 40 Pabrik Baja Ilegal hingga 'Karpet Merah' Jokowi untuk Program Makan Siang Gratis

Zulhas mengatakan ada 40 pabrik yang memproduksi baja ilegal atau tidak memenuhi ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Baca Selengkapnya

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

7 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, BTN Usulkan Skema Dana Abadi

7 hari lalu

Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, BTN Usulkan Skema Dana Abadi

PT Bank Tabungan Negara (BTN) usulkan skema dana abadi untuk program 3 juta rumah yang digagas Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Kementerian PUPR Anggarkan Rp 200 Miliar untuk Revitalisasi Pasar Banyuwangi

7 hari lalu

Kementerian PUPR Anggarkan Rp 200 Miliar untuk Revitalisasi Pasar Banyuwangi

Kementerian PUPR mulai merevitalisasi Pasar Banyuwangi yang menjadi pusat perbelanjaan dan kawasan heritage pada pertengahan tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Begini Sosok TikToker Asal Bekasi Galih Loss yang Ditangkap Kasus Penistaan Agama

9 hari lalu

Begini Sosok TikToker Asal Bekasi Galih Loss yang Ditangkap Kasus Penistaan Agama

Di mata tetangga, Galih Loss disebut jarang bercengkerama dengan warga sekitar.

Baca Selengkapnya

Chris Pratt dan Katherine Schwarzenegger Dikecam karena Robohkan Rumah Bersejarah

10 hari lalu

Chris Pratt dan Katherine Schwarzenegger Dikecam karena Robohkan Rumah Bersejarah

Chris Pratt dan Katherine Schwarzenegger menuai kritik setelah menghancurkan rumah dengan arsitektur bersejarah di Los Angeles.

Baca Selengkapnya

Pemilik Warung Padang Korban Kebakaran: Saya Baru Tahu Saat Orang Teriak

16 hari lalu

Pemilik Warung Padang Korban Kebakaran: Saya Baru Tahu Saat Orang Teriak

Kebakaran di Jalan Kemayoran Gempol, Kelurahan Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, menghanguskan tiga rumah. Delapan kamar kontrakan.

Baca Selengkapnya

Satgas Sebut IKN Siap Gelar Upacara HUT Ke-79 RI, Sejauh Mana Kesiapannya?

18 hari lalu

Satgas Sebut IKN Siap Gelar Upacara HUT Ke-79 RI, Sejauh Mana Kesiapannya?

Kementerian PUPR mempercepat pembangunan Bandara Naratetama di kawasan IKN.

Baca Selengkapnya