Sri Mulyani: Defisit APBN Turun dari Rp 220 T ke Rp 150 T
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Kodrat Setiawan
Senin, 10 September 2018 16:13 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menurun dari Rp 220 triliun tahun lalu menjadi Rp 150 triliun tahun ini.
Baca juga: Sri Mulyani Bahas Asumsi Makro Ekonomi dengan DPR Hari Ini
"Defisit total APBN sampai Agustus Rp 150 triliun," kata Sri Mulyani di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Senin, 10 September 2018.
Menurut Sri Mulyani, APBN sudah mengalami defisit sejak tahun lalu. Pada Agustus 2017, APBN sudah mengalami defisit sebesar Rp 220 triliun.
"Jadi ini perbaikan dari sisi postur APBN. Kami tetap menjaga fiskal tetap hati-hati, karena dalam situasi yang tidak pasti ini lah, kita butuh APBN untuk menjaga ekonomi baik stabilitas, maupun menjaga alokasi dan distribusi. Sehingga dia tetap dinamis bisa digunakan dalam mengelola ekonomi yang mengalami perubahan sangat besar," ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengatakan salah satu faktor yang membuat defisit lebih rendah dari tahun sebelumnya adalah realisasi penerimaan sampai 31 Agustus 2018 yang menunjukkan kenaikan sangat solid sebesar 18,4 persen dengan pertumbuhan perpajakan 16,5 persen.
"Ini pertumbuhan yang sangat tinggi. Dibandingkan tahun lalu, tax growth kita untuk posisi Agustus hanya tumbuh 9,5 persen sekarang kita tumbuh 16,5 persen. Jadi suatu kenaikan yang sangat tinggi," kata Sri Mulyani. "Sehingga kami sampaikan APBN kita dalam situasi sekarang cukup baik."
Sri Mulyani mengatakan dari sisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 pendapatan naik Rp 4,7 triliun dengan depresiasi, tapi belanja naik Rp 3,1 triliun. Sehingga, kata Sri Mulyani total balance-nya adalah positif Rp 1,6 triliun.
"Jadi sebetulnya kami tidak menggunakan untung atau rugi. Karena ini yang sering dipelintir. Karena mengelola APBN itu kami tidak mengelola untung dan rugi. Kami mengelola ekonomi Indonesia menggunakan instrumen APBN," kata dia.
Sri Mulyani mengatakan kalau APBN sehat, pemerintah bisa menggunakan lebih banyak instrumen untuk menjaga ekonomi lebih baik lagi. Menurut dia, hal itu sesuai dengan fungsi APBN secara fiskal sebagai stabilisasi alokasi dan distribusi.
Sri Mulyani mengatakan belanja negara juga cukup baik, di mana akselerasi sebesar 8,8 persen tahun ini, lebih besar dibanding tahun lalu yang 5,6 persen. Sri Mulyani mengatakan secara keseluruhan posisi sampai 31 Agustus, primary balance atau keseimbangan primer surplus Rp 11,5 triliun.
"Tahun lalu, bulan Agustus primary balance defisit Rp 84 triliun. Jadi, minus Rp 84 menjadi, surplus Rp 11 triliun itu melonjak perbaikannya jauh lebih sangat nyata," ujar Sri Mulyani.