Rupiah Lesu, Produsen Ini Turunkan Target Penjualan 20 Persen
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Sabtu, 8 September 2018 16:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Produsen elektronik Mitsubishi mengaku ikut terimbas oleh fenomena pelemahan rupiah dan kondisi perekonomian yang masih diwarnai ketikdapastian. "Mau tidak mau kami juga terpengaruh dengan kurs rupiah," kata Presiden Direktur Mitsubishi Jaya Elevator and Escalator, Christian Satrya, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, 8 September 2018.
Baca: Sandiaga: Pelemahan Rupiah Beratkan Rakyat Kecil
Menurut Christian, dampak dari pelemahan rupiah juga adanya penyesuaian harga. Perusahaan juga menurunkan target penjualan produk dari Mitsubishi Jaya Elevator dan Escalator, hingga sekitar 20 persen lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sebelumnya, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri menyatakan penyebab utama nilai tukar rupiah selalu melemah adalah karena defisit neraca perdagangan dimana Indonesia merupakan negara yang lebih banyak mengimpor daripada mengekspor. "Ini terjadi karena sebagian masyarakat kita konsumtif bukan produktif. Terlihat dari komposisi produk domestik bruto bangsa kita atau pertumbuhan ekonomi kita dimana 60 persen dari sektor konsumsi," ujarnya.
Untuk itu, ujar Rokhmin, jika negara ini ingin maju, maka rumus pertumbuhan ekonominya adalah fungsi dari investasi, ekspor, konsumsi, impor. Oleh karena itu, ia menyatakan bahwa bangsa Indonesia harus menerapkan prinsip 'tangan di atas, bukan di bawah'.
"Jurusnya harus cerdas, teknologi, riset dan development," ucap Rokhmin. "Itulah jangka panjang yang harus segera dilakukan untuk hasilnya nanti bisa dirasakan lima tahun ke depan."
Dalam konteks jangka panjang, Rokhmin menegaskan pentingnya pemerintah untuk fokus dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Sementara untuk jangka pendek yang harus dilakukan adalah dengan membatasi impor terutama barang konsumtif dan dukungan penuh pemerintah seperti akses permodalan, dan bunga bank yang rendah pada sektor ekonomi riil yang mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Sementara itu, Direktur Utama Citilink Indonesia, Juliandra Nurtjahjo sebelumnya mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, berdampak pada komponen penerbangan yang pembayarannya menggunakan mata uang dolar AS. "Pasti karena ada komponen biaya yang harus dibayar dengan USD," tutur Juliandra Nurtjahjo di Hotel Indonesia Kempinski, Jumat, 7 September 2018.
Julilandra menuturkan 70 persen komponen penerbangan, pembayarannya menggunakan dollar Amerika Serikat, sisanya rupiah. Komponen tersebut antara lain penyewaan pesawat yang menyumbang 30 persen dan penggunakan bahan bakar avtur sebanyak 40 persen.
Baca: Rupiah Melemah, Anwar Nasution Sarankan Devisa Ekspor Ditahan
Untuk menyikapi pelemahan rupiah terhadap keberlangsungan penerbangannya, maskapai Citilink membuka rute internasional baru untuk menaikkan frekuensi penerbangannya. Juliandra menjelaskan, dengan tingginya frekuensi pembiayaan operasional akan lebih murah.
ANTARA