Pengembang Lebih Khawatirkan Pelemahan Rupiah ketimbang Pilpres

Rabu, 5 September 2018 17:08 WIB

Para agen penjual rumah tengah menawarkan rumah tinggal pada pameran Properti di sebuah Mall kawasan Jakarta, 21 Maret 2018. Dalam pameran ini juga ditawarkan properti mulai dari harga Rp 200 juta. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Kalangan pengembang mengaku lebih cemas dengan kenaikan suku bunga dan pelemahan rupiah, yang berdampak negatif pada properti, ketimbang pemilihan presiden pada 2019. “Sebetulnya pilpres, pengalaman kita, tak berpengaruh. Kalau dolar dan suku bunga naik, itu baru pengaruh ke properti,” ujar Direktur Senior Ciputra Group Nanik J. Santoso, beberapa waktu lalu.

Baca: Rupiah Jeblok, Jokowi: Karena Faktor Eksternal Bertubi-tubi

Nanik mengatakan sejumlah proyek Ciputra Group tidak akan mengalami kendala dengan pemilihan umum. Pasalnya, pemilu adalah siklus lima tahun sekali yang selama ini terbukti tak banyak mengganggu bisnis properti.

Lebih jauh, Nanik juga optimistis semua proyek Ciputra Group yang berlokasi di Makassar, Sulawesi Selatan, Citra Losari, misalnya, bisa selesai akhir tahun ini. Tahun depan pun Ciputra Group akan merilis satu tower apartemen untuk mahasiswa yang dekat dengan Universitas Ciputra.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyatakan pemerintah menyiapkan sejumlah strategi menghadapi pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, yang kian mendekati level Rp 15 ribu pada pertengahan hari ini. Sementara itu, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR mencatat nilai tukar rupiah mencapai Rp 14.972 per dolar AS.

Advertising
Advertising

Adapun Kepala Departemen Riset Savills Indonesia Anton Sitorus mengatakan kebijakan Bank Indonesia (BI) tersebut memiliki kecenderungan menambah tantangan pasar. Apalagi, kata Anton, belum terlihat kenaikan kredit pemilikan rumah (KPR) ataupun kredit pemilikan apartemen (KPA) pasca-relaksasi loan to value. "Semoga masih bisa dikendalikan. Kalau tidak, itu bisa memperlambat recovery dengan kondisi pasar properti seperti sekarang," ucapnya.

Anton berpendapat BI seharusnya perlu lebih matang mempertimbangkan kenaikan suku bunga agar tidak menghambat pertumbuhan industri properti nantinya. BI pada akhirnya memutuskan menaikkan suku bunga acuan guna menjaga daya tarik pasar di Indonesia pada pertengahan Agustus lalu.

BI menyatakan kenaikan itu bertujuan menjaga defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD). Pasalnya, CAD saat ini mencapai 3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Menurut data BI, defisit transaksi berjalan pada kuartal II 2018 tercatat mencapai US$ 8 miliar. Angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,96 persen.

Baca: Rupiah Loyo, Faisal Basri Usulkan 6 Hal Ini ke Pemerintah dan BI

Angka ini juga lebih besar jika dibanding kuartal I 2018, yang hanya 2,2 persen dari PDB atau senilai dengan US$ 5,5 miliar. Untuk menguatkan rupiah, BI juga memutuskan lending facility rate menjadi 6,25 persen dan deposit rate jadi 4,75 persen.

BISNIS

Berita terkait

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

2 jam lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

21 jam lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

2 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

3 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

3 hari lalu

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

AdaKami akan berfokus pada pendanaan untuk usaha mikro dan kecil.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

3 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

4 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

6 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

7 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

7 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya