Turunkan Harga, Pemerintah Terpaksa Tambah Impor Kebutuhan Pokok

Rabu, 8 Agustus 2018 11:44 WIB

Seorang pekerja beristirahat di atas tumpukan karung beras saat dilakukan bongkar muat beras impor dari Vietnan dari kapal Hai Phong 08 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 11 November 2015. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mengakui tren impor bahan kebutuhan pokok dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat. Keputusan impor terpaksa diambil karena pemerintah berupaya menstabilkan harga bahan kebutuhan yang terus merangkak naik.

Baca: Sengketa dengan AS di WTO, Haruskah RI Bayar Sanksi Rp 5 T?

"Impor meningkat dari 2015 hingga 2017 sekitar 10 persen," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti, di Jakarta, Rabu, 8 Agustus 2018. Hal itu disampaikan dalam acara seminar nasional "Menelaah Model Konsumsi Pangan Indonesia Masa Depan" bersama Perhimpunan Ekonom Pertanian Indonesia.

Meski begitu, Tjahya memastikan bahwa selama ini impor hanyalah pilihan terakhir. Sebab, Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah menekankan tiga prioritas penting dalam sektor perdagangan, salah satunya yaitu stabilisasi bahan pokok melalui penyerapan dalam negeri. Dua lainnya yaitu menjaga neraca perdagangan dan tingkatkan ekspor, serta revitalisasi pasar rakyat.

Baca: RI Hapus Bea Masuk Produk Palestina, Enggar: Ini Dukungan Penuh

Tren kenaikan impor ternyata tak hanya dari 2015 sampai 2017, kata Tjahya, namun berlanjut hingga paruh pertama 2018. Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat impor bahan pangan terus membengkak dan menjadi penyumbang terbesar pembelian barang konsumsi dari luar negeri pada periode tersebut.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan nilai impor barang konsumsi sepanjang Januari hingga Juni 2018 mencapai US$ 8,18 miliar atau setara Rp 117,7 triliun dan naik 21,64 persen secara year on year (yoy). Menurut dia komoditas pangan menjadi penyumbang terbesar kenaikan impor barang konsumsi tersebut. “Secara umum, kenaikan paling besar disumbangkan oleh beberapa komoditas seperti beras, gula dan kedelai,” kata Suhariyanto, Senin, 16 Juli 2018.

BPS juga mencatat beras, gula, biji gandum dan meslin, serta garam adalah komoditas dengan volume impor terbesar sepanjang semester pertama 2018. Dari sisi nilai, penyumbang impor terbesar adalah beras, gula, kedelai, serta biji gandum dan mesin.

Tjahya mengatakan, instrumen impor sebagai stabilitas harga pangan sebenarnya tidak terjadi karena satu faktor saja. Lantaran, kenaikan harga bisa terjadi karena naiknya konsumsi, minimnya suplai, hingga terganggunya jalur distribusi bahan pokok. "Kalo masalah di suplai, saya ga bisa masuk. Tapi kalau distribusi, saya bisa lakukan antisipasi," ujarnya.

Berita terkait

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

22 jam lalu

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

Zulkifli Hasan mengatakan impor difokuskan ke wilayah sentra non produksi guna menjaga kestabilan stok beras hingga ke depannya.

Baca Selengkapnya

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

1 hari lalu

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Pegawai Direktorat Jenderal Bea Cukai disorot usai banyak kritikan terkait kinerjanya. Berapa gajinya?

Baca Selengkapnya

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

1 hari lalu

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

Mendag Zulhas bercerita panjang lebar soal alasan merevisi Permendag Nomor 36 Tahun 2024 soal pengaturan impor.

Baca Selengkapnya

Barang Pekerja Migran Bebas Masuk tapi Harus Ikuti Peraturan Menteri Keuangan, Apa Saja Syaratnya?

2 hari lalu

Barang Pekerja Migran Bebas Masuk tapi Harus Ikuti Peraturan Menteri Keuangan, Apa Saja Syaratnya?

Kementerian Perdagangan menghapus pembatasan jumlah maupun jenis pengiriman atau barang impor milik pekerja migran (PMI) tapi tetap diawasi Bea Cukai

Baca Selengkapnya

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

2 hari lalu

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

Viral seorang pria yang merobek tas Hermes mewah miliknya di depan petugas Bea Cukai. Bagaimana duduk persoalan sebenarnya?

Baca Selengkapnya

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

2 hari lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

3 hari lalu

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

Permendag nomor 3 tahun 2023 diklaim belum sempurna.

Baca Selengkapnya

Tinjau Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Seketeng Sumbawa, Jokowi: Cenderung Turun

3 hari lalu

Tinjau Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Seketeng Sumbawa, Jokowi: Cenderung Turun

Presiden Joko Widodo alias Jokowi menuturkan harga bawang merah dan bawang putih dipatok Rp 40 ribu per kilogram.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

4 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Kembalikan Aturan Impor Bahan Baku Industri ke Aturan Lama, Ini Alasannya

4 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Kembalikan Aturan Impor Bahan Baku Industri ke Aturan Lama, Ini Alasannya

Mendag Zulkifli Hasan kembalikan aturan impor bahan baku industri. Apa alasannya? Begini bunyi Permendag 25/2022.

Baca Selengkapnya