Sri Mulyani: Defisit Anggaran 0,75 Persen di Semester I 2018
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 17 Juli 2018 20:34 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit anggaran semester I sebesar 0,75 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Menurut Sri Mulyani, defisit tersebut jauh lebih kecil dibanding dua tahun lalu.
"Untuk defisit semester I adalah sebesar 0,75 persen dari PDB. Kalau Ibu dan Bapak sekalian liat, angka ini jauh lebih kecil dari tahun lalu, yang 1,29 persen 2017, dan semester I 2016, yaitu 1,82 persen dari PDB," ujarnya di ruang rapat Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Selasa, 17 Juli 2018.
Sri Mulyani mengatakan defisit anggaran semester I 2018 turun menjadi Rp 110,6 triliun. Sedangkan realisasi sisa lebih perhitungan anggaran (silpa) naik dari dua tahun sebelumya, yaitu Rp 65,7 triliun.
Baca: Kemiskinan 9,82 Persen, Sri Mulyani: First Time in History
Adapun kalau dilihat dari keseimbangan primer, kata Sri Mulyani, juga terlihat hal yang sangat baik. Keseimbangan primer hingga semester I masih bisa membukukan surplus Rp 10 triliun.
"Tahun lalu defisit keseimbangan primernya Juni sudah defisit keseimbangan primernya mencapai Rp 68,2 triliun. Jadi artinya perbaiknnya mencapai lebih Rp 78 triliun," ucap Sri Mulyani.
Baca: Dorong Penerimaan Negara, Ini Cara Sri Mulyani Genjot Rasio Pajak
Pada 2016, keseimbangan premier negatif mencapai Rp 143,4 triliun. Silpa pada 2016 sebesar Rp 45,9 triliun, sementara pada 2017 senilai Rp 34,3 triliun.
Sri Mulyani mengatakan pendapatan negara pada semester I sebesar Rp 833,4 triliun. Hal tersebut terbagi atas pendapatan dalam negeri dari pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp 830,3 triliun. Nilai itu terbagi dari penerimaan pajak Rp 653,5 triliun atau 40,4 persen terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). PNBP sebesar Rp 176,8 persen atau 64,2 persen terhadap APBN.
Sedangkan pada penerimaan hibah Rp 3,1 triliun serta belanja negara semester I 2018 sebesar Rp 944 triliun. Nilai tersebut merupakan 42,5 persen dari APBN.