Utang BUMN Membengkak, DPR: Sudah Mengkhawatirkan

Selasa, 17 Juli 2018 17:04 WIB

Ilustrasi Uang dolar/Rupiah/Penukaran uang. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Keuangan DPR, Ecky Awal Mucharam mengungkapkan bahwa saat ini kondisi utang BUMN atau Badan Usaha Milik Negara sudah sangat mengkhawatirkan. Apalagi dalam kondisi nilai tukar rupiah yang terus terdepresiasi tentu keuangan BUMN dalam kondisi yang membahayakan.

Baca: Jasa Marga Terbitkan Komodo Bonds Rp 4 Triliun di Bursa London

"Utang BUMN non lembaga keuangan tercatat 59 persen dalam bentuk mata uang asing dan 53 persen dipegang asing. Beban cicilan utang dan bunganya akan sangat membebani perusahaan,” kata Ecky dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin 16 Juli 2018.

Menurut Ecky, data Bank Indonesia (BI) hingga triwulan I 2018, posisi utang BUMN non-lembaga keuangan saat ini mencapai US$ 47,11 miliar. Jumlah tersebut mengalami lonjakan signifikan sebesar US$ 7,1 miliar dalam dua tahun terakhir.

Ecky mengatakan dengan menggunakan kurs saat ini yaitu Rp 14.396 per dolar AS, maka utang BUMN non lembaga keuangan telah mencapai Rp 677 triliun. Jika digabung dengan utang lembaga keuangan publik termasuk bank BUMN total nilainya mencapai US$ 325,92 miliar atau senilai Rp 4.682 triliun. "Jumlah ini bahkan lebih besar dari utang pemerintah,“ kata Ecky.

Indikasi tersebut juga tercermin lewat EBITDA atau pendapatan yang menggambarkan kemampuan sebuah perusahaan dalam membayar utang. Rasio EBITDA yang semakin tinggi memberi gambaran bahwa utang tumbuh lebih cepat dibandingkan pendapatan. Menurut lembaga pemeringkat S&P, dari 20 BUMN yang dianalisis, 16 BUMN memiliki rasio leverage yang terus meingkat, sedangkan rasio kecukupan arus kas melemah.

Advertising
Advertising

Menurut anggota DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sosial ini, lonjakan utang BUMN disebabkan oleh gencarnya pembangunan infrastruktur. Akibatnya, BUMN terpaksa harus menarik utang sebagai dana untuk ‘bisnis’ infrastruktur.

Ditambah lagi kondisi ini diikuti dengan cash flow perusahaan yang relatif kurang sehat karena munculnya mismatch antara kebutuhan pembayaran utang kepada kreditur dengan penyerataan modal dari pemerintah. Selain itu, tak jarang proyeksi tingkat permintaanya terlalu optmistis. Kasus ini, kata Ecky, terjadi pada PLN yang mengalami over capacity atau beberapa ruas tol yang relatif sepi pengguna.

Simak: Kimia Farma Berekspansi ke Arab Saudi

Karena itu, kondisi utang BUMN ini tentu semakin mengkhawatirkan, karena bukan hanya mempengaruhi keuangan perusahaan tetapi juga persepsi investor. Lembaga pemeringkat dunia mewanti-wanti kondisi keuangan BUMN yang terlibat pada proyek-proyek penugasan pemerintah.

Berita terkait

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

2 hari lalu

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan keterlibatan Kementerian BUMN dalam proyek percepatan swasembada gula dan bioetanol.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

3 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Aria Bima Tegaskan Peran Penting BUMN untuk Penguatan Ekspor

3 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Aria Bima Tegaskan Peran Penting BUMN untuk Penguatan Ekspor

Pemerintah harus cermat menerapkan strategi, salah satunya melalui diplomasi perdagangan

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

6 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

7 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

7 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

7 hari lalu

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

Wakil Ketua Badan Itelijen Negara (BIN) I Nyoman Cantiasa mengapresiasi acara puncak Dharma Santi Nasional Hari Suci Nyepi Saka 1946.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

7 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

7 hari lalu

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sigit Sosiantomo mengatakan penetapan tarif tiket pesawat harus memperhatikan daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya

Menhub Budi Karya Minta Jepang Berkoordinasi dengan BUMN soal Pengembangan Konektivitas Transportasi IKN

7 hari lalu

Menhub Budi Karya Minta Jepang Berkoordinasi dengan BUMN soal Pengembangan Konektivitas Transportasi IKN

Menhub Budi Karya membahas rencana pengembangan jaringan transportasi di Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara dengan Jepang.

Baca Selengkapnya