Suku Bunga Acuan Naik, Sinyal BI Mulai Perketat Moneter?

Senin, 2 Juli 2018 06:30 WIB

Gedung Bank Indonesia. REUTERS/Iqro Rinaldi

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI, Ryan Kiryanto, menilai kenaikan suku bunga acuan menunjukkan Bank Indonesia memberikan sinyal pengetatan moneter yang hati-hati dan terukur. Ryan yang juga Coorporate Secretary BNI menilai langkah BI itu untuk menjaga kestabilan makroekonomi.

Pernyataan Ryan merespons langkah BI yang menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate sebesar 50 basis poin menjadi 5,25 persen. "Langkah taktis BI tersebut harus segera diimbangi oleh pemerintah melalui pengelolaan kebijakan fiskal yang hati-hati, kredibel dan produktif untuk menggairahkan sektor riil, ekspor nonmigas dan investasi langsung," kata Ryan saat dihubungi Sabtu, 30 Juni 2018.

Baca: Bank Mandiri Tahan Suku Bunga Kredit Hingga Akhir Tahun

Menurut Ryan harmoni kebijakan moneter dan fiskal penting agar level kepercayaan pasar tetap terjaga dengan baik. Kepercayaan pasar ini yang akan membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dan kurs rupiah menguat lagi.

Seperti diketahui, pada Jumat lalu BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 5,25 persen. Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG).

Baca: Siap-siap, Suku Bunga Kredit BRI Naik Bulan Depan

Keputusan kenaikan suku bunga acuan itu juga diikuti kenaikan deposit facility sebesar 50 basis poin menjadi 4,5 persen. Sedangkan lending facility naik sebesar 50 basis poin menjadi 6 persen. Dengan kenaikan tersebut, BI telah menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali dalam enam bulan terakhir.

Lebih lanjut Ryan mengatakan harus diingat, perlambatan ekonomi tidak selalu harus direspons oleh BI dengan mengotak-atik kebijakan moneter seperti suku bunga acuan. Hal itu juga tidak selalu harus direspons BI dengan kebijakan makroprudensial maupun kombinasinya atau bauran kebijakan. "Mungkin jawabannya justru dari sisi pemerintah dengan kebijakan fiskalnya," ujar Ryan.

Berita terkait

Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain

1 jam lalu

Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain

Yusuf Mansyur mengklaim investasi syariah paytren tidak menjadi tempat pencucian uang, dia tidak tergoda dengan uang yang dianggap tidak benar

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

21 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

1 hari lalu

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

1 hari lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

Pada awal perdagangan Jumat pagi, rupiah turun 60 poin atau 0,38 persen menjadi Rp15.984 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

2 hari lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

2 hari lalu

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memberikan analisis soal nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS belakangan ini.

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

2 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

Kurs rupiah hari ini ditutup menguat 104 poin ke level Rp 15.923 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

3 hari lalu

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu ditutup menguat setelah rilis data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat menguat.

Baca Selengkapnya