Indef: Pertumbuhan Industri Manufaktur Tahun 2018 Masih Rendah

Reporter

Bisnis.com

Editor

Anisa Luciana

Minggu, 1 Juli 2018 16:48 WIB

Pembuatan sepatu kulit di Pusat Industri Kecil, Jakarta, 7 Mei 2018. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada kuartal I-2018 naik sebesar 5,01 persen (year on year/yoy). Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memproyeksikan pertumbuhan industri manufaktur pada semester II/2018 mencapai 4,8-5 persen, atau masih lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,4 persen (APBN 2018).

Hal tersebut karena fluktuasi rupiah yang masih berlanjut, serta efek perang dagang yang membuat banjirnya produk industri murah dari Cina, sehingga membuat ketatnya persaingan usaha dalam negeri di tengah permintaan masyarakat yang belum kuat.

Baca juga: Indef: Pelemahan Rupiah Akan Menekan Pertumbuhan Ekspor

"Pada semester II industri manufaktur masih melanjutkan proses pemulihan, karena sejauh ini memang terjadi peningkatan kinerja industri dalam negeri," kata ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara, Minggu, 1 Juli 2018.

Bhima menjelaskan, kinerja Industri pada semester I/2018 sudah menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan dari meningkatnya impor bahan baku dan barang modal.

Advertising
Advertising

Baca juga: Indef: Perkuat Diplomasi dengan AS dan Cina untuk Dorong Ekspor

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor bahan baku/penolong dan barang modal Januari-Mei mencapai masing-masing US$ 57,96 miliar dan US$ 12,63 miliar, atau lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 47,27 miliar dan US$ 9,44 miliar.

Hanya saja, peningkatan impor tersebut juga mendeskripsikan ketergantungan industri dalam negeri terhadap bahan baku luar. Ditambah, dengan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS yang membuat biaya impor kian tinggi, sehingga dapat mempengaruhi kinerja industri.

Baca juga: Industri Manufaktur Diprediksi Bakal Bergairah Usai Libur Lebaran

"Oleh karena itu, selain meningkatkan kinerja industri, penyediaan bahan baku substitusi juga masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah," kata Bhima.

INDEF berharap pemerintah dapat memanfaatkan celah dari perang dagang Amerika-Cina, terutama barang elektronik dan tekstil pakaian jadi untuk meningkatkan kinerja industri dan ekspor.

"Terutama, untuk kedua industri ini dari Cina yang tadinya sangat murah masuk ke Amerika, namun pasca perang dagang menjadi mahal, dan peluang untuk Indonesia," kata Bhima.

BISNIS

Berita terkait

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

18 jam lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Penjualan Manufaktur Suku Cadang Lesu, Pendapatan VKTR Teknologi Turun

2 hari lalu

Penjualan Manufaktur Suku Cadang Lesu, Pendapatan VKTR Teknologi Turun

Pendapatan PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) turun karena penjualan manufaktur suku cadang lesu.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

11 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

12 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Menperin Sebut Produk Apple Bisa Lebih Murah Kalau Proses Manufaktur di Indonesia

16 hari lalu

Menperin Sebut Produk Apple Bisa Lebih Murah Kalau Proses Manufaktur di Indonesia

Pemerintah menginginkan perusahan-perusahaan teknologi dunia seperti Apple menjadikan Indonesia sebagai bagian supply chain.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

43 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

43 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

44 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

44 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

44 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya