TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II sebesar 5,15 persen. Menurut Bhima konsumsi rumah tangga terbantu oleh besarnya kenaikan tunjangan hari raya (THR) dan libur panjang, sehingga masyarakat lebih banyak belanja.
"Serapan belanja pemerintah khususnya belanja pegawai juga menstimulus ekonomi nasional," ujar Bhima saat dihubungi Rabu, 27 Juni 2018.
Simak: Indef: Pelemahan Rupiah Sangat Mengganggu Stabilitas Ekonomi
Sri Mulyani mengatakan prediksi pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh empat sektor yang meningkat dari kuartal I. Empat sektor tersebut, yaitu konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor, dan belanja pemerintah.
Simak: Ekonom Indef Prediksikan Semakin Rupiah Terdepresiasi
"Kami harap untuk konsumsi di atas 5 persen dibanding kuartal pertama, yang hanya 4,95 persen," kata Sri Mulyani saat memaparkan APBN Kita di kantor Kementerian Keuangan. "Kami harap pertumbuhan ekonomi mendekati 5,2 persen".
Lebih lanjut Bhima mengatakan kuartal II terdapat defisit neraca perdagangan. Pelemahan kurs rupiah dan proteksionisme global terjadi di April dan Mei berpotensi menekan pertumbuhan net ekspor.
Simak: IHSG Anjlok Terimbas Pelemahan Rupiah
"Efeknya net ekspor lebih rendah dari kuartal I. Kemudian libur yang panjang juga menurunkan produksi sektor industri pengolahan," ujar Bhima.
Menurut Bhima industri logistik juga ikut terpengaruh, karena prioritas fungsi tol dan pelabuhan untuk mudik. Sedangkan di sisi investasi, libur panjang dan menjelang Pilkada membuat investor cenderung wait and see.
Indef menilai pada investasi foreign direct investment (FDI) atau investasi keluar negeri, baru akan tinggi realisasinya pada kuartal III dan IV.