TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meyakini produktivitas industri manufaktur akan kembali meningkat setelah masa libur panjang Lebaran 2018. Lonjakan kinerja tersebut, menurut Airlangga, bakal mengerek pertumbuhan positif pada kuartal III/2018 atau lebih tinggi dibanding periode sebelumnya.
“Kemarin kan sempat transportasi barang dibatasi, ditambah pula dengan adanya liburan yang cukup lama dari biasanya. Tetapi ini bisa dikejar pada kuartal III nanti,” kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu, 20 Juni 2018.
Baca Juga:
Baca: Menperin: Pertambahan Nilai Industri Manufaktur Indonesia Tertinggi di ASEAN
Airlangga juga menilai produksi sejumlah industri manufaktur akan meningkat dengan adanya momentum pemilihan kepala daerah (pilkada) yang berlangsung tahun ini di berbagai wilayah di Indonesia. “Apalagi nanti juga ada Pemilu, tentu demand produknya lebih banyak lagi,” ujarnya.
Ia menjelaskan beberapa sektor manufaktur yang berpeluang tumbuh tinggi karena mendulang permintaan domestik yang tinggi selama bulan Ramadan dan pilkada tersebut, antara lain industri makanan dan minuman, industri tekstil dan produk tekstil, serta industri alas kaki. “Bahkan, industri printing juga akan meningkat,” tutur dia.
Airlangga melanjutkan berdasarkan data BPS, pada kuartal I tahun 2018, industri manufaktur nasional skala besar dan sedang di dalam negeri mengalami peningkatan produksi sebesar 0,88 persen, lebih tinggi dibanding kuartal IV/2017 (quarter to quarter/q-to-q) dan tumbuh 5,01 persen dari kuartal I-2017 (year on year/y-on-y).
Baca: Menperin: Pertambahan Nilai Industri Manufaktur Indonesia Tertinggi di ASEAN
Selanjutnya industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 5,03 persen di kuartal I/2018, meningkat dibanding periode yang sama tahun 2017 sekitar 4,80 persen. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri mesin dan perlengkapan sebesar 14,98 persen. Selain itu, industri makanan dan minuman yang menempati angka pertumbuhan hingga 12,70 persen, kemudian industri logam dasar 9,94 persen, industri tekstil dan pakaian jadi 7,53 persen, serta industri alat angkutan 6,33 persen.
Menurut Airlangga, berdasarkan indeks manajer pembelian (purchasing manager index/PMI) Indonesia yang dirilis oleh Nikkei dan Markit, pergerakan industri manufaktur nasional semakin ekspansif lantaran didorong permintaan baru yang mengalami pertumbuhan paling cepat sejak Juli 2014.
Selain itu produksi manufaktur dalam negeri juga terus menunjukkan kenaikan selama empat bulan terakhir dan menjadi periode perluasan usaha yang terpanjang sejak lima tahun silam. Capaian ini terlihat dari PMI Indonesia pada Mei 2018 yang menyentuh di level tertinggi dalam 23 bulan, yakni sebesar 51,7 atau naik dari bulan sebelumnya 51,6.
Ia menegaskan, selama ini pihaknya fokus menjalakan program hilirisasi industri yang konsisten memberikan efek berantai terhadap perekonomian nasional. Dampak positif itu antara lain peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor.
“Kami juga aktif mendorong peningkatan nilai investasi dan ekspor terutama di sektor manufaktur,” ujarnya. Airlangga yakin upaya tersebut mampu memacu pertumbuhan ekonomi nasional serta dapat menciptakan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Lebih lanjut, Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar mengatakan pembatasan transportasi pada tanggal tertentu akan mempengaruhi aktivitas ekspor industri manufaktur. “Memang kalau libur panjang, pasokan untuk ekspornya bisa terlambat,” tutur dia.
Kendati demikian, Haris optimis setiap industri memiliki strategi sendiri untuk mengatasi pemenuhan produk dalam negeri maupun ekspor. “Pasti mereka punya cara untuk mengantisipasi ini,” ujar Haris.
Pada kuartal I/2018, industri manufaktur mencatatkan nilai ekspor sebesar US$ 32 miliar atau naik 4,5 persen dibanding capaian pada periode yang sama tahun lalu di angka US$ 30,6 miliar.