Uang Muka KPR Diperlonggar, Industri Properti Bisa Booming Lagi

Minggu, 1 Juli 2018 12:27 WIB

Sales menjelaskan pada pengunjung promo perumahan yang dipamerkan dalam acara Indonesia Property Expo (IPEX) di Hall A dan B Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, 11 Februari 2018. Sekitar 200 pengembang dan 868 proyek ditampilkan dalam pameran ini. TEMPO/Fajar Januarta

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee yakin keputusan Bank Indonesia (BI) untuk melonggarkan kebijakan makroprudensial khususnya rasio Loan to Value (LTV) dan Financing to Value (FTV) bakal memacu pertumbuhan kredit perumahan atau KPR. Dengan relaksasi ini, tentunya juga bisa memberikan keuntungan bagi industri properti.

"Memang kalau kredit inden dicabut, itu juga bisa menguntungkan juga terutama bagi industri properti sendiri. Selain itu, relaksasi ini dilakukan juga untuk menunjukkan bahwa BI itu pro pertumbuhan dan ingin mendorong kredit perumahan," kata Hans ketika dihubungi Tempo, Ahad, 1 Juli 2018.

Baca: Bank Indonesia Beri Relaksasi Uang Muka KPR

Keputusan mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan rasio LTV dan FTV atau uang muka KPR ditetapkan usai BI menaikan suku bunga acuan atau BI 7-Days Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 50 basis points (bps) menjadi 5,25 persen. Setelah adanya relaksasi ini, BI tak lagi mematok jumlah uang muka yang mesti diberikan. Nantinya, besaran LTV tetap akan ditentukan namun diserahkan kepada manajemen risiko masing-masing bank.

Menurut Hans, keputusan tersebut tentunya bisa menghidupkan sektor properti yang dianggap mati suri atau pertumbuhanya melambat sejak beberapa tahun terkahir. Dengan kebijakan ini, BI bisa mengembalikan pertumbuhan di sektor itu setelah sembelumnya dithan pertumbuhannya.

Advertising
Advertising

Baca: Uang Muka KPR 0 Persen, BTN: Tanggung Jawab Kurang Mengikat

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan rata-rata pertumbuhan kredit pemilikan rumah tapak dalam tiga tahun terakhir (2015-2017) mencapai 9,1 year on year (yoy). Jumlah tersebut melambat dari periode 2011-2014 yang tercatat mampu mencapai 19,4 yoy.

Sedangkan, rasio kredit properti terhadap total kredit perbankan tercatat relatif cukup rendah yakni sekitar 12 persen. Sementara rasio kredit properti terhadap PDB juga relatif masih rendah yakni sekitar 5-6 persen, lebih rendah dibandingkan rasio kredit properti terhadap PDB di kawasan ASEAN.

Adapun, menurut survei properti BI, rata-rata pertumbuhan indeks harga properti residensial tercatat 2,6 persen yoy. Jumlah itu menurun dari 3,7 persen yoy pada periode 2012-2014. Kemudian, data BI juga menunjukan rata-rata pertumbuhan penjualan properti residensial dalam tiga tahun terakhir (2015-2017) tercatat 12,2 persen yoy, melambat dari periode 2011-2014 yang tercatat 17,3 persen yoy.

Menurut Josua, data itu mengindikasikan bahwa permintaan kredit properti residensial masih relatif rendah padahal kebutuhan pada properti residensial tercatat masih tinggi. Karena itu pelonggaran ini diharapkan dapat mendorong sektor properti residensial yang cenderung pertumbuhannya masih stagnan dalam tiga tahun terakhir.

Selain itu, kata Josua, penerapan pelonggaran kebijakan LTV atau uang muka KPR bisa memacu permintaan kredit perbankan. Ia memperkirakan dengan bauran kebijakan ini bisa mendorong pertumbuhan kredit perbankan di kisaran 10 persen year on year (YoY) pada akhir tahun ini atau tahun depan.

Berita terkait

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

5 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

7 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya