Rupiah Kian Melemah, Dua Industri Siap Naikkan Harga

Sabtu, 30 Juni 2018 07:30 WIB

Harga BBM Turun, Industri Makanan Tumbuh 8,5 Persen
TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah yang terus melemah terhadap Dolar Amerika Serikat membuat pengusaha was-was. Kekhawatiran paling kental terjadi pada sektor makanan dan minuman.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Adhi S Lukman mengatakan saat ini penguatan Dolar membuat keuntungan pelaku industri tergerus. Sebab, sebagian bahan baku seperti terigu, kedelai, ataupun gula, yang dibutuhkan pengusaha berasal dari luar negeri. Sehingga pembeliannya menggunakan mata uang AS.
Adhi menyayangkan momen ini yang berbarengan dengan penurunan penjualan makanan dan minuman selama libur lebaran. "Ini kondisi yang sangat tidak mengenakkan bagi kami. Dilematis juga," kata Adhi kepada Tempo, Jumat 29 Juni 2018.
Dia berharap kelesuan Rupiah tidak berlangsung lama. Jika sebaliknya, maka pengusaha bakal menyelamatkan arus kasnya dengan menaikkan harga jual makanan dan minuman. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, harga makanan dan minuman sangat berpengaruh terhadap inflasi.
Aksi menaikkan harga, Adhi berujar, juga tak bisa sembarangan. Sebab saat ini daya beli masyarakat tak begitu moncer. "Jadi kami juga takut justru backfire, malah menekan daya beli," tutur dia.
Tekanan yang sama juga mendera pengusaha sektor industri aromatik dan plastik. Industri ini menggunakan produk minyak bumi dan turunannya sebagai bahan baku yang dibeli dengan Dolar AS. Wakil Ketua Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik, Budi Santoso Sadiman, mengatakan pelemahan rupiah akan berimbas pada kenaikan harga barang. Sebab, bahan baku mencapai 90 persen dari komponen biaya.
"Kenaikan biaya diteruskan ke harga produk ke konsumen," kata dia.
Asosiasi tak begitu khawatir barang tak terserap optimal karena menurut dia permintaan produk plastik masih menggeliat. Sekretaris Jenderal Asosiasi, Fajar Budiono, justru cemas jika pelemahan terjadi di negara Asia Tenggara lainnya. "Bisa jadi banjir barang ke Indonesia dan kita bisa kalah saing," katanya.
Ekonom dari Center for Indonesian Policy Studies Noviani Karina Saputri mengatakan rupiah bisa terus tertekan jika defisit neraca perdagangan terus memburuk. Bulan lalu, defisisitnya menyentuh US$ 1,52 miliar. "Trade balance dan nilai tukar saling mempengaruhi," katanya.

Berita terkait

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

18 jam lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

23 jam lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

1 hari lalu

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

AdaKami akan berfokus pada pendanaan untuk usaha mikro dan kecil.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

1 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

2 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

4 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

5 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

5 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

5 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

5 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya