Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) dan Gubernur BI Perry Warjiyo (kiri) mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis, 31 Mei 2018. Rapat kerja tersebut membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal dalam RAPBN 2019. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyanimengatakan total defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp 94,4 triliun pada Mei 2018. Menurut Sri Mulyani, angka tersebut merupakan yang terendah jika dibandingkan dengan 2016.
"Ini lah yang menggambarkan postur dari realisasi APBN 2018 menunjukkan tren yang sangat positif dan menunjukkan kesehatan APBN yang sangat nyata," kata Sri Mulyani dalam memaparkan APBN Kita di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, 25 Juni 2018.
Sri Mulyani mengatakan defisit sebesar Rp 94,4 triliun sama dengan 0,64 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Sedangkan jika dibandingkan dengan posisi Mei 2017, angka tersebut lebih rendah Rp 34,3 triliun. Pada Mei 2017 defisit APBN mencapai 128,7 triliun.
"Di sini berarti adanya perbaikan dari sisi defisit yang lebih kecil. Kalau dilihat presetasi terhadap APBN juga lebih kecil, yaitu 29 persen dari target APBN," kata Sri Mulyani.
Dia mengatakan keseimbangan primer pada periode berjalan positif, yaitu sebesar Rp 18,05 triliun. Hal tersebut berbeda signifikan dengan 2016 di mana posisi akhir Mei sudah defisit pada keseimbangan primernya mencapai Rp 110 triliun.
Menurut Sri Mulyani, jika dilihat trennya dalam tiga tahun sejak 2016, penurunan tersebut sangat drastis. "Dari keseimbangan primer defisit yang tadinya sangat dalam Rp 110 triliun menjadi hanya Rp 29 triliun dan sekarang positif Rp 18 triliun. Itu suatu pembalikan lebih dari 128 triliun hanya dalam waktu dua tahun," kata dia.
Sri Mulyani mengatakan hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah yang senantiasa menjaga keberlangsungan pengelolaan APBN yang sehat dan kredibel.