BPS: Ekspor Sawit Anjlok Akibat Kebijakan Uni Eropa dan India

Senin, 25 Juni 2018 13:46 WIB

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto serta Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti di kantor BPS Indonesia, Pasar Baru, Jakarta, 15 Maret 2018. TEMPO/Lani Diana

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor produk turunan sawit Indonesia pada Mei 2018 anjlok hingga US$ 41,1 juta dibandingkan April 2018. Kondisi ini merupakan imbas dari pembatasan penggunaan bahan bakar nabati atau biofuel yang bersumber sawit oleh Uni Eropa sampai bea masuk yang tinggi di India.

"Saya harus bilang kalau ekspor Crude Palm Oil (minyak sawit mentah) dan turunannya telah terpengaruh, mulai dari halangan perdagangan sampai kampanye negatif," kata Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin, 25 Mei 2018.

Baca juga: GIMNI Sebut Alasan Melesunya Ekspor Sawit

Menurut Suhariyanto, total ekspor sawit Indonesia pada Mei 2018 mencapai US$ 1,58 miliar atau turun 2,5 persen dari April 2018 yang mencapai US$ 1,62 miliar.

Penurunan ini, kata Suhariyanto, karena produk turunan sawit seperti lemak dan minyak nabati memiliki kontribusi terbesar kedua dari nilai ekspor nonmigas Indonesia sepang Januari hingga Mei 2018. Dari US$ 68,09 miliar ekspor nonmigas Indonesia, produk turunan sawit menyumbang 12,3 persen atau sekitar US$ 8,37 miliar. Kontribusi terbesar masih disumbang ekspor bahan bakar mineral sebesar 14,82 persen.

Simak pula: Genjot Ekspor Sawit, Indonesia Diminta Tembus Pasar Afrika Timur

Setelah melalui sekian perundingan, negara-negara anggota Uni Eropa pada 14 Juni kemarin menyetujui program pengurangan bertahap untuk sejumlah komponen pada biofuel, salah satunya sawit yang dianggap tidak linier dengan upaya pengendalian iklim. Program itu tertuang dalam Arahan Energi Terbarukan Uni Eropa atau EU's Renewable Energy Directive (RED II).

Kesepakatan ini dicapai setelah diadakan dialog antara Komisi Eropa, Parlemen Eropa, dan Dewan Uni Eropa. "Kesepakatan politik telah dicapai untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan di Eropa," kata Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Guérend, dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, 16 Juni 2018.

Lihat pula: Masalah Lingkungan Ancam Ekspor Sawit Indonesia

Tak hanya itu, ekspor sawit ke India juga terganggu karena adanya tarif impor yang tinggi sebesar 7,5 sampai 15 persen. Sementara, tarif untuk produk turunan sebesar 15 sampai 25 persen. Tak sampai di situ, India masih berencana memperbesar tarif produk sawit dan turunannya, masing-masing hingga 45 persen dan 54 persen.

Secara akumulasi, nilai ekspor sawit sepanjang Januari hingga Mei 2018 juga turun hingga 15,66 persen dibanding periode yang sama pada 2017. Jika pada Januari-Mei 2017 mencapai US$ 9,92 miliar, maka tahun ini hanya US$ 8,37 miliar.

Berita terkait

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

3 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

6 hari lalu

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Kolaborasi LPIE dengan institusi pemerintahan membawa mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) LPEI untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor ke Kanada.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

6 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

6 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

7 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

7 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

7 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

7 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

7 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

7 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya