Konsumsi Domestik Melemah, BI Diminta Tahan Suku Bunga Acuan

Kamis, 17 Mei 2018 13:19 WIB

(ki-ka) Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Agusman Zainal, Gubernur BI Agus Martowardojo, Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto, dan Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Doddy Zulverdi saat konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, 26 April 2018. Tempo/M Yusuf Manurung

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menilai Bank Indonesia atau BI perlu tetap menahan suku bunga acuan di level 4,25 persen. Pasalnya, perekonomian dalam negeri dinilai belum siap menghadapi kenaikan suku bunga acuan tersebut.

Kepala Peneliti Kajian Makroekonomi dan Kebijakan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Febrio Kacaribu mengatakan aset rupiah saat ini sudah terlalu murah dan investor global akan mulai membeli lagi aset rupiah. Di sisi lain, ucap dia, indikator sektor riil, inflasi inti April (year-on-year) dan pertumbuhan konsumsi pada triwulan pertama menunjukkan konsumsi rumah tangga masih relatif lemah.

Baca: BI: Defisit Neraca Perdagangan April 2018 USD 1,63 Miliar

"Keputusan untuk menaikkan suku bunga acuan dapat memperlambat pertumbuhan kredit serta menghambat pencapaian target inflasi dan pertumbuhan dalam negeri," ujar Kacaribu dalam keterangannya yang diterima Tempo, Kamis, 17 Mei 2018.

Belakangan, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang cukup kuat dan kondisi neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit pada April 2018 mendorong terjadinya aksi jual rupiah. Hal tersebut menyebabkan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar 1,8 persen dalam sebulan terakhir.

Advertising
Advertising

Sentimen negatif terhadap nilai tukar rupiah ini menimbulkan tekanan bagi Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate, terutama dari pelaku di pasar valas dan perbankan.

Bank Indonesia menggelar rapat Dewan Gubernur BI pada 16-17 Mei 2018. Hari ini, Kamis, 17 Mei 2018, BI akan mengumumkan hasil RDG tersebut. Salah satunya memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau tetap mempertahankan di level 4,25 persen.

LPEM FEB UI menilai BI perlu mempertahankan suku bunga acuan paling tidak sampai Juni 2018 seusai kenaikan Fed Funds Rate yang kedua tahun ini pada bulan Juni. "Di samping itu, kami juga memandang BI perlu menambah usaha stabilisasi nilai tukar rupiah lewat intervensi di pasar valas," ujar Kacaribu.

Berita terkait

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

1 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

1 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

1 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

1 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

1 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Tips Kelola Keuangan dengan, Jangan Lupa Atur Porsi Konsumsi

2 hari lalu

Tips Kelola Keuangan dengan, Jangan Lupa Atur Porsi Konsumsi

Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret memberikan tips kelola keuangan dalam perencanaan keuangan.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

2 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

2 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya