Cadangan Devisa Turun USD 1,1 M, Bank Indonesia: Masih Tinggi
Reporter
Dewi Nurita
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 8 Mei 2018 22:38 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI merilis cadangan devisa Indonesia per April 2018 tergerus menjadi US$ 124,9 miliar atau berkurang sekitar US$ 1,1 miliar dari Maret lalu yang berjumlah US$ 126 miliar. Meski begitu, Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman Zainal mengatakan, nilai cadangan devisa tersebut masih cukup tinggi.
“Posisi ini masih cukup tinggi, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Maret 2018 sebesar US$ 126 miliar,” ujar Agusman seperti dikutip dari situs resmi Bank Indonesia, Selasa, 8 Mei 2018.
Baca: Ekonom Prediksi Cadangan Devisa Tergerus Akibat Pelemahan Rupiah
Posisi cadangan devisa sebesar US$ 124,9 ini, menurut Agusman, setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. “BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” katanya.
Agusman menjelaskan penurunan cadangan devisa pada April 2018 ini dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. “Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai didukung terjaganya keyakinan terhadap prospek perekonomian domestik yang membaik dan kinerja ekspor yang tetap positif,” ujarnya.
Sebelumnya, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, sudah memprediksi cadangan devisa Indonesia per April 2018 akan tergerus karena pelemahan rupiah. Ia mengatakan hal ini tidak bisa terus-menerus dibiarkan.
"Cadev pastinya akan terus tergerus untuk stabilitas nilai tukar. Bank Indonesia tidak bisa mengandalkan cadev sebagai satu-satunya instrumen untuk stabilitas nilai tukar,” ujar Bhima saat dihubungi Tempo pada Selasa, 8 Mei 2018.
Untuk itu, kata Bhima, menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25-50 bps dinilai bisa menaikkan return instrumen investasi di Indonesia sehingga dana asing tidak melanjutkan capital flight. Seperti diketahui, hari ini perdagangan nilai tukar rupiah ditutup melemah 51 poin di level Rp 14.052 per dolar Amerika Serikat. Pelemahan kurs rupiah disebut-sebut turut mendorong penurunan cadangan devisa.