Tumpahan Minyak Pertamina yang Tak Tampak Harus Diwaspadai
Reporter
Lani Diana Wijaya
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 9 April 2018 08:51 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Praktisi inovasi dan inkubasi bisnis teknologi kelautan, Ciput Putrawidjaja, menyampaikan bahwa sebagian besar tumpahan minyak PT Pertamina (Persero) sudah tak tampak di perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. Khususnya di kawasan Kampung Baru, dekat lokasi patahnya pipa saluran minyak dan kebakaran pada Sabtu pagi, 31 Maret 2018.
Namun tak terlihatnya minyak di permukaan air, kata Ciput, justru berpotensi mengalirkan tumpahan minyak ke titik lain di perairan Teluk Balikpapan. "Malah menyebar ke mana-mana atau menempel di substrat dasar dan lain-lain," kata Ciput kepada Tempo, Ahad, 8 April 2018.
Baca: Minyak Pertamina Tumpah di Balikpapan, Luhut: Tunggu Investigasi
Kebocoran atau tumpahan minyak di Teluk Balikpapan pertama diketahui pukul 03.00 WIB waktu setempat, Sabtu, 31 Maret 2018. Saat tumpahan minyak dibersihkan, tiba-tiba api berkobar di tengah laut, pukul 10.30 WIB.
PT Pertamina menjelaskan, minyak di Teluk Balikpapan meluber karena patahnya pipa penyalur minyak mentah dari Terminal Lawe-lawe di Penajam Paser Utara ke Kilang Balikpapan. Pipa baja dengan diameter 20 inci dan tebal 12 milimeter tersebut berada di dasar laut dengan kedalaman 20-25 meter.
Hingga 8 April, kebocoran minyak diperkirakan mengotori area seluas 7.000 hektare. Panjang pantai yang terkena dampak di sisi Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Pasir Utara mencapai sekitar 60 kilometer. Ekosistem yang terkena dampak berupa tanaman mangrove seluas 34 hektare di Kelurahan Kariangau, serta 6.000 tanaman mangrove dan 2.000 bibit mangrove di Kampung Atas Air Margasari.
Sedangkan kebakaran akibat minyak tumpah Pertamina itu mengakibatkan lima orang tewas, satu luka bakar, dan 20 orang selamat. Sekoci penyelamat di kapal kargo MV Ever Judger terbakar setelah api menjalar dari tali kapal.
Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga meminta Pertamina melakukan pemantauan udara, khususnya di rumah-rumah panggung penduduk pesisir akibat tumpahnya minyak mentah di perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. Pasalnya, saat ini, di beberapa areal teluk, khususnya permukiman, tumpahan minyak sudah menyebar ke rumah panggung masyarakat.
Selain itu, lepasnya zat volatile organic compounds (VOC) ke udara menimbulkan bau tajam yang bisa mengganggu kesehatan masyarakat. "Kami minta Pertamina segera melakukan pemantauan udara, khususnya pada rumah panggung," ujar Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rasio Ridho Sani seperti dikutip dari Antara, Sabtu, 7 April 2018.