Temuan BPK Soal Piutang Tak Tertagih, Ini Jawaban Bank Mandiri

Jumat, 6 April 2018 09:52 WIB

Direktur Utama Bank Mandiri

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk. (Persero) Kartiko Wirjoatmodjo mengklarifikasi soal temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mencatat ada piutang yang berpotensi tak tertagih PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 2,95 triliun. Hal ini terdapat dalam dokumen ikhtisar hasil pemeriksaan (IHPS) semester II 2017.

Kartiko menjelaskan, piutang-piutang yang berpotensi tak tertagih itu merupakan kredit yang diberikan Bank Mandiri untuk membiayai modal kerja. Penyaluran kredit kerja itu memang memiliki risiko cukup besar jika kondisi perekonomian tidak stabil.

"Karena perbankan memang sering dikritik untuk tidak hanya membiayai fix aset tetapi juga perputaran usaha. Jadi kita banyak membiayai modal kerja, yang memang tantangannya ketika macet, penagihannya susah," ujar Kartiko saat berkunjung ke kantor Tempo di bilangan Palmerah, Jakarta Barat, Kamis, 5 April 2018.

Baca: Bank Mandiri Luncurkan Pilot Project Pembayaran QR Code Juni 2018

Menurut BPK, pemberian kredit Bank Mandiri Rp 2,94 triliun ke lima kreditor memiliki risiko tinggi. Selain itu dalam pemberian kredit ini kurang menerapkan prinsip kehati-hatian.

Advertising
Advertising

Lima kreditor ini di antaranya adalah PT TAB, PT AMBE, PT RA, PT CSI dan PT PI. "Kredit ini memiliki risiko tinggi dan kurang menerapkan prinsip kehati-hatian," tulis Moermahadi Soerja Djanagara Ketua BPK RI dalam dokumen IHPS semester II 2017, yang dikutip pada Kamis, 5 April 2018.

Adapun lima alasan BPK menetapkan penyaluran kredit ke lima debitur ini tidak sesuai ketentuan. Pertama, analisis kredit atas pemberian kredit investasi refinancing PT TAB 2014 dan kredit PT PI 2013 tidak dilakukan secara memadai.

Kedua, pemberian fasilitas kredit modal kerja dan penentuan syarat pencairan 2011 kepada PT CSI berisiko tinggi. Ketiga, dokumen analisis pemberian kredit modal kerja terindikasi tidak benar dan skema penarikan fasilitas kredit modal kerja PT RA terindikasi menggunakan purchase order fiktif.

Keempat, analisis take over fasilitas kredit investasi 1 dan 2 PT AMBE dilakukan tanpa memperhitungkan kemampuan debitur dan pemberian kredit investasi dua berindikasi double financing. Alasan terakhir, agunan tidak meng-cover kredit.

Terkait hal tersebut, Kartiko tidak menampik jika mungkin saja ada ketidaksesuaian verifikasi alias piutang tak sesuai dengan yang ada buku. Namun, terkait kasus ini, apakah murni risiko bisnis atau terdapat unsur kesengajaan di dalamnya, Bank Mandiri akan menyerahkan semua pembuktian lewat proses hukum.

Berita terkait

Bank Mandiri Yakin Suku Bunga Acuan Turun di Akhir Tahun

58 menit lalu

Bank Mandiri Yakin Suku Bunga Acuan Turun di Akhir Tahun

Bank Mandiri menilai suku bunga acuan berpotensi turun pada kuartal IV 2024.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

5 jam lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Begini Jawaban BRIN soal Perintah Pengosongan Rumah Dinas di Puspitek Serpong

9 jam lalu

Begini Jawaban BRIN soal Perintah Pengosongan Rumah Dinas di Puspitek Serpong

Manajemen BRIN angkat bicara soal adanya perintah pengosongan rumah dinas di Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

13 jam lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

1 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

1 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

4 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

5 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

6 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

Bank Mandiri merespons soal kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).

Baca Selengkapnya

Bank KB Bukopin Turunkan Rasio Kredit Berisiko

6 hari lalu

Bank KB Bukopin Turunkan Rasio Kredit Berisiko

PT Bank KB Bukopin menurunkan rasio kredit berisiko hingga di bawah 35 persen.

Baca Selengkapnya