Pemerintah Kaji Dampak Rancangan TPP Bagi Pasar Domestik

Jumat, 23 Februari 2018 17:50 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 11 Juli 2017. Rapat tersebut membahas perubahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL). Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mengkaji dampak dari kerja sama Kemitraan Trans-Pasifik (Trans-Pacific Partnership/TPP) terhadap pasar domestik Indonesia. Sebelumnya, sebanyak 11 negara penggagas baru saja merampungkan rancangan akhir kesepakatan terkait perdagangan bebas antar-kawasan tersebut.

"Nanti akan dilihat dulu," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat ditemui selepas mengikuti konferensi pers terkait penyelundupan 71 ribu ekor benih lobster di Kantor Bea dan Cukai, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat, 23 Februari 2018.

Simak: Sri Mulyani Sebut 3 Agenda Ini Ikut Topang Pertumbuhan 2018

Rancangan akhir ini disebut Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP). 11 negara rencananya akan meneken kesepakatan final di Cile pada 8 Maret mendatang, meski telah ditinggal pergi oleh Amerika Serikat. Negara anggota TPP, yakni Jepang, Singapura, Australia, Cile, Kanada, Malaysia, Brunei Darussalam, Meksiko, Selandia Baru, Vietnam, dan Peru. Sedangkan Indonesia sejak awal pembahasan belum menyatakan ketertarikan untuk ikut menjadi negara anggota.

Salah satu isi CPTPP adalah penurunan bea masuk perdagangan yang nilainya 13 persen produk domestik bruto (PDB) global atau sekitar US$ 10 triliun. Angka ini lebih kecil daripada klausul awal, saat Amerika Serikat masih bergabung, yakni mengurangi bea masuk hingga 40 persen dari angka total PDB secara global.

Advertising
Advertising

Sri mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo sebelumnya telah memberikan instruksi jelas soal posisi Indonesia terhadap TPP ini. Jokowi meminta anak buahnya menyiapkan strategi terhadap negara-negara yang terlibat kerja perdagangan. Tujuannya, agar posisi Indonesia bisa disesuaikan dengan negara-negara tersebut.

Salah satunya dengan membangun atau memperkuat kerja sama bilateral dengan 11 negara anggota TPP. Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri, kata Sri, telah memulai langkah tersebut. "Kami tetap lakukan upaya terkait ini," ujarnya.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance, Ahmad Heri Firdaus, menilai memang Indonesia tidak perlu lagi berupaya ikut dalam TPP. Dampak terhadap pasar domestik tidak akan signifikan, sebab, TPP saat ini dinilai sudah kehilangan daya tarik. "Setelah Amerika, yang menguasai seperempat PDB Global, keluar, maka praktis market size dan output size negara anggota jadi kecil sekali," ujarnya.

Sebaliknya, kata Heri, kerja sama yang lebih menarik bagi Indonesia untuk digeber adalah Regional Comprehensive Partnership (RCEP). RCEP merupakan kesepakatan perdagangan bebas antara Indonesia, sembilan negara ASEAN lainnya, dan enam negara di luar ASEAN (Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru). Kehadiran China dan India dinilai membuat ukuran pasar pada RCEP menjadi lebih besar, ketimbang TPP.

Langkah bilateral dengan negara anggota TPP, dinilai Heri sebagai langkah yang tepat. Indonesia hanya tinggal meningkatkan kerja sama bilateral dengan beberapa negara saja. "Kalau dengan Malaysia, Vietnam, Brunei, ga usah di TPP-in kita udah bebas, dengan Australia juga sudah ada The Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA), jadi tinggal dengan negara yang belum saja," tutur Heri.

FAJAR PEBRIANTO | FERY FIRMANSYAH

Berita terkait

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

14 jam lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

15 jam lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

16 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

2 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

2 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

3 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

4 hari lalu

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

Kerap kali barang impor bisa terkena harga denda dari Bea Cukai yang sangat tinggi. Bagaimana respons Menteri Keuangan Sri Mulyani?

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

4 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

4 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

4 hari lalu

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tanggapi kasus penahanan hibah alat belajar SLB oleh Bea Cukai.

Baca Selengkapnya