Pekerja tengah merapikan batik khas Kalimantan Barat di Gedung Semsco, Jakarta, 13 Oktober 2014. Negara tujuan ekspor batik terbesar adalah Amerika Serikat, Jerman, dan Korea Selatan. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan nilai ekspor batik dan produk batik hingga Oktober 2017 mencapai US$ 51,15 juta (Rp 664 miliar) atau naik dari capaian semester pertama 2017 yang sebesar US$ 39,4 juta (Rp 511 miliar). Adapun tujuan pasar utama ekspor batik adalah Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
Industri batik berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor yang didominasi industri kecil dan menengah (IKM) ini mampu menyumbang devisa negara yang cukup signifikan dari ekspor.
“Industri batik nasional memiliki daya saing komparatif dan kompetitif di pasar internasional. Indonesia menjadi market leader yang menguasai pasar batik dunia,” kata Gati dalam keterangan tertulis, Rabu, 20 Desember 2017.
Adapun potensi ekonomi industri busana muslim terlihat dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) yang mencapai Rp 54 triliun dari total nilai Rp 181 triliun dari sumbangan industri fashion Tanah Air. Industri busana muslim diperkirakan menyerap 1,1 juta orang tenaga kerja dari total 3,8 juta tenaga kerja industri fashion.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Organisasi Konferensi Islam (OKI), saat ini nilai ekspor industri busana muslim Indonesia diproyeksikan mencapai US$ 7,18 miliar, berada di posisi ketiga terbesar dunia setelah Bangladesh (US$ 22 miliar) dan Turki (US$ 14 miliar).
“Indonesia termasuk dalam lima besar negara anggota OKI eksportir fashion muslim di dunia, dengan nilai market share berada pada angka 1,6 persen. Konsumsi domestik tahun 2017 mencapai 1,8 ton, tahun 2020 ditargetkan akan berada pada angka 2,2 juta ton. Kini Indonesia berada di urutan keempat sebagai negara konsumen fashion muslim terbesar di dunia,” ujar Gati.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, di tengah persaingan global yang semakin kompetitif dan dinamis, preferensi konsumen terhadap produk ramah lingkungan terus meningkat. “Kehadiran batik warna alam mampu menjawab tantangan tersebut dan diyakini dapat meningkatkan peluang pasar saat ini,” kata Airlangga dalam keterangan tertulis, Rabu.
Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia
3 hari lalu
Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia
Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".
LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada
4 hari lalu
LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada
Kolaborasi LPIE dengan institusi pemerintahan membawa mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) LPEI untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor ke Kanada.
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
5 hari lalu
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.
Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati
6 hari lalu
Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati
Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Atase Perdagangan RI di Canberra berupaya mendorong para pelaku usaha produk pertanian Indonesia memasuki pasar Australia.