Pemerintah Batal Bentuk Usaha Patungan untuk Danai LRT

Sabtu, 9 Desember 2017 15:37 WIB

Kondisi pengerjaan proyek LRT Jabodetabek di kawasan Cawang, Jakarta Timur, 22 Agustus 2017. TEMPO/Rizki Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah batal membentuk usaha patungan (joint venture atau JV) untuk mendanai pembiayaan proyek kereta ringan (light rail transit atau LRT) Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek). Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pendanaan diserahkan kepada dua perusahaan pelat merah yang akan mengerjakan proyek tersebut, yakni PT Kereta Api Indonesia dan PT Adhi Karya.

Luhut mengatakan pemerintah tetap mendukung proyek tersebut dengan memberikan penjaminan. “Enggak ada JV, kami sudah sepakat mengenai itu. Oleh karena itu kami buat keseimbangan antara PT Adhi Karya dan PT KAI,” kata Luhut dalam konferensi pers usai memimpin rapat koordinasi dengan Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat, 8 Desember 2017.

Baca: Tolak Usul Rini, Luhut: PT KAI Penyelenggara Proyek LRT

Sebelumnya, Menteri BUMN Rini Soemarno menginginkan dibentuknya joint venture sebab khawatir pembiayaan akan membengkak. PT Sarana Multi Infrastruktur sebelumnya disebut bakal tergabung dalam joint venture ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan keputusan itu didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2017 tentang LRT Jabodebek. Sri Mulyani mengatakan, KAI menjadi pihak yang ditunjuk pemerintah sebagai penyelenggara proyek tersebut, sedangkan Adhi Karya berperan sebagai kontraktor prasarana. Pemerintah memperhitungkan porsi peran dan kemampuan dari KAI dan Adhi Karya. “Kami akan melihat tingkat sustainability dan kemampuan BUMN ini untuk menyelesaikan konstruksi dari sarana prasarana dan IDC (interest during construction),” kata Sri Mulyani.

Advertising
Advertising

Sri Mulyani mengatakan, pemerintah akan menyokong dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui penyertaan modal negara (PMN) kepada KAI dan Adhi Karya. Adhi Karya telah menerima PMN sebesar Rp 1,4 triliun pada 2015, sedangkan KAI akan menerima seniai Rp 7,6 triliun. Pemerintah akan menggelontorkan dana kepada KAI setelah financial closing yang ditargetkan selesai akhir tahun ini.

Pemerintah juga menyepakati besar anggaran proyek ini Rp 29,9 triliun. Sri Mulyani merinci, Adhi Karya menanggung sebesar Rp 4,2 triliun, sedangkan KAI dibebani Rp 25,7 triliun. Biaya yang ditanggung Adhi Karya merupakan investasi plus rights issue dari PMN yang telah diterima pada 2015 lalu.

Lebih jauh, Sri Mulyani menyebutkan untuk proyek LRT ini, PT KAI akan mendapatkan pinjaman dari bank pelat merah sebesar Rp 18,1 triliun. “Pemerintah juga akan mendukung melalui subsidi atau bantuan selama 12 tahun ke depan untuk menunjang kemampuan KAI membayar kembali pinjaman,” ujar Sri Mulyani.

Berita terkait

KA Lodaya Kini Gunakan Kereta Stainless Steel New Generation

13 jam lalu

KA Lodaya Kini Gunakan Kereta Stainless Steel New Generation

PT KAI Daop 2 Bandung mengoperasikan KA Lodaya relasi Bandung-Solo Balapan dengan Kereta Eksekutif dan Kereta Ekonomi Stainless Steel New Generation.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

1 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

1 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

2 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

2 hari lalu

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

Kerap kali barang impor bisa terkena harga denda dari Bea Cukai yang sangat tinggi. Bagaimana respons Menteri Keuangan Sri Mulyani?

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

2 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

3 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

3 hari lalu

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tanggapi kasus penahanan hibah alat belajar SLB oleh Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

3 hari lalu

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

Bea cukai sedang disorot masyarakat. Ini beberapa kasus yang membuat heboh

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

4 hari lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya