Pengamat: Gonjang-ganjing Arab Saudi Sulut Kenaikan Harga Minyak

Reporter

Imam Hamdi

Minggu, 12 November 2017 14:18 WIB

OPEC Diminta Pertahankan Harga Minyak di Atas US$ 50

TEMPO.CO, Jakarta -Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih mengatakan kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) menjadi US$ 49,53 per barel atau di atas asumsi APBNP US$ 46 per barel, belum akan berdampak terhadap kenaikan komoditas dan gairah di sektor ril. Alasannya, kenaikan harga minyak bersifat sementara karena dipengaruhi turunnya suplai dunia.

"Kenaikan ini belum mempengaruhi apa-apa. Sebab, kenaikan minyak mentah bukan karena permintaannya yang meningkat," kata Lana saat dihubungi Tempo di Jakarta, Jumat, 12 November 2017.

Jadi, kata Lana, lonjakan harga minyak karena turunnya suplai akan berbeda dampaknya jika naik karena demand atau permintaan dunia. Menurut Lana lagi, turunnya suplai minyak dunia karena adanya konflik di Arab Saudi, sebagai salah satu negara yang menghasilkan minyak

Kata Lana, ada konflik internal di kerajaan Arab Saudi, yang menyebabkan beberapa pangeran ditahan karena terbukti melakukan korupsi. Nah, hal ini menimbulkan spekulasi dan ketegangan politik di Arab, yang mendorong harga minyak mentah di dunia juga ikut naik.

Selain itu, ada suplai beberapa produsen minyak dunia sendiri juga ikut diturunkan. Jadi, turunnya suplai tersebut perlu dilihat sebagai satu faktor yang menyebabkan harga minyak naik. "Ingat ini bukan karena demand, tapi karena suplai turun," ucapnya.

Advertising
Advertising

Lebih jauh ia menuturkan jika permintaan naik, maka akan berimbas pada demand dunia atau ekonomi dunia bahkan juga akan bergairah. Kenaikan permintaan sifatnya akan lebih permanen terhadap kenaikan komoditas lainnya, dibandingkan karena turunnya suplai minyak dunia.

"Sekarang kenaikan harga minyak mentah memang diikuti kenaikan harga komoditas lainnya seperti tembaga. Tapi ini akan bersifat temporer karena disebabkan turunnya suplai dunia," ujarnya.

Lana menuturkan harga batubara yang naik saat ini bukan disebabkan karena kenaikan harga minyak dunia. Menurut dia, kenaikan harga batubara karena pemerintah Cina menahan dan mengontrol komoditas tersebut.

Hal itu terjadi, kata Lana, karena perusahaan batubara di Cina banyak mempunyai utang di bank. Sehingga, kalau harga batubara tidak dikontrol oleh pemerintah Cina, maka akan banyak perusahaan batubara Cina yang gagal bayar utang di bank.

"Buat pemerintah Cina untuk membiayai Bank lebih mahal daripada mengontrol harga batubara dunia," ucapnya.

Jadi, kenaikan batubara dunia memang telah terjadi sejak akhir tahun 2016, sebelum kenaikan harga minyak mentah. Harga batubara kini telah mencapai hampir US$ 100 per ton. "Biasanya kan minyak mentah dulu naik, baru disusul batubara dan komoditas lainnya," ucapnya.

Nah, jadi, kata Lana, kenaikan minyak dunia ini hanya sementara saja terjadi karena turunnya suplai. "Batubara baik karena ada hal itu. Sekarang CPO juga tidak naik," ujarnya.

Namun, kenaikan harga minyak mentah ini memang berpotensi kepada lonjakan harga bahan bakar minyak non subsidi yang telah kelihatan peningkatan harganya. Sedangkan, untuk BBM non subsidi memang masih dipertahankan agar tidak naik.

Menurut dia, kalau BBM subsidi tidak dinaikan bisa mengendalikan inflasi. "Namun, kenaikan harga minyak ini tidak akan mempengaruhi gairah sektor ril," katanya.

Lana menambahkan kebaikan harga minyak ini akan berkontribusi kepada penerimaan negara yang pada September lalu sudah mencapai 63 persen dari target Rp 1.738 triliun. Alasannya, kenaikan ini akan berimbas pada royalti atau penerimaan negara bukan pajak karena bagi hasil minyak.

"Kalau di penerimaan negara akan berpengaruh. Kalau kenaikan di sektor ril, komoditas dan perusahaan belum tentu ikut berpengaruh," ucapnya.

Berita terkait

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

6 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

7 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

13 hari lalu

Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

Kenaikan harga minyak juga disebabkan penguatan dolar AS.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Melonjak Buntut Dugaan Serangan Israel ke Iran

13 hari lalu

Harga Minyak Melonjak Buntut Dugaan Serangan Israel ke Iran

Konflik Israel Iran yang diprediksi masih panjang membuat harga minyak dunia melambung.

Baca Selengkapnya

Dolar AS Semakin Menguat, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.301

14 hari lalu

Dolar AS Semakin Menguat, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.301

Nilai tukar dolar Singapura terhadap rupiah malah cenderung lebih turun yakni Rp 11.854

Baca Selengkapnya

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

15 hari lalu

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

Harga minyak dunia cenderung naik gara-gara konflik Iran - Israel dan penguatna dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.

Baca Selengkapnya

Analis Sebut Harga Minyak Dunia Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar AS

18 hari lalu

Analis Sebut Harga Minyak Dunia Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar AS

Analis menyebut harga minyak alami kenaikan akibat konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Iran Serang Israel, Harga Emas dan Minyak Dunia Masih Standar

18 hari lalu

Iran Serang Israel, Harga Emas dan Minyak Dunia Masih Standar

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan harga emas dan minyak dunia saat ini masih standar.

Baca Selengkapnya

Ditegur AS, Ukraina Berkukuh Fasilitas Migas Rusia Sah Jadi Target Serangan

41 hari lalu

Ditegur AS, Ukraina Berkukuh Fasilitas Migas Rusia Sah Jadi Target Serangan

Pejabat Ukraina menyebut serangan terhadap fasilitas energi Rusia sejalan dengan praktik terbaik NATO.

Baca Selengkapnya

FT: AS Desak Ukraina Hentikan Serangan ke Fasilitas Migas Rusia

41 hari lalu

FT: AS Desak Ukraina Hentikan Serangan ke Fasilitas Migas Rusia

Amerika Serikat mendesak Ukraina untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi Rusia.

Baca Selengkapnya