Daya Beli Melemah, INDEF Minta Pemerintah Hati-hati Susun Kebijakan

Sabtu, 11 November 2017 06:57 WIB

Suasana pertokoan di Pasar Glodok yang sepi pengunjung, Jakarta, 18 Juli 2017. Di sejumlah lorong Pasar Glodok banyak toko yang mulai ditinggalkan pemiliknya. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) meminta pemerintah lebih teliti menyusun kebijakan yang terkait dengan melemahnya pertumbuhan konsumsi masyarakat atau penurunan daya beli.

Merujuk pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal November 2017, pertumbuhan konsumsi masyarakat memang melambat dari angka 4,95 persen pada triwulan II 2017 menjadi 4,93 persen pada triwulan III.

Baca juga: Sri Mulyani Optimistis Ekonomi Kuartal IV 2017 Tumbuh 5,3 Persen

"Ini seperti penyakit ekonomi, jadi harus didiagnosa. Jika salah mendiagnosa, kebijakan yang diambil tidak tepat sasaran. Jadi harus paham betul masalah ekonomi sekarang," ujar peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus saat berdiskusi dengan awak media di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat, 10 November 2017.

Menurut Heri, menurunnya konsumsi di triwulan II 2017 dipengaruhi oleh kelompok masyarakat berpenghasilan Rp 1 hingga 2 juta. "Penurunan konsumsi masyarakat terlihat dari nilai indeks penjualan riil (IPR) yang menurun, terutama di sektor makanan dan minuman, tembakau, serta sandang."

Lemahnya pertumbuhan konsumsi, khususnya pada konsumsi rumah tangga disayangkan INDEF, mengingat kontribusinya yang besar pada pertumbuhan ekonomi

Menurunnya daya beli masyarakat pun dipicu tekanan global maupun dari dalam negeri.

Advertising
Advertising

Tekanan domestik yang diungkap Heri adalah tingginya harga kelompok barang yang bisa diatur pemerintah, seperti tarif dasar listrik. Pencabutan subsidi tarif dasar listrik untuk pelanggan 900 Volt Ampere (VA) berdampak bagi masyarakat dengan daya beli menengah ke bawah.

"Itu kita klasifikasikan level masyarakat berdasarkan kemampuan pengeluarannya, ada 20 persen tertinggi, 40 persen menengah, dan 40 persen terbawah," kata dia.

Harga komoditas seperti Crude Palm Oil (CPO) hingga batu bara yang anjlok di pasar global memicu perlambatan daya beli. Pasalnya, tak sedikit masyarakat di daerah yang menitikberatkan pendapatan dari ekspor komoditas tersebut.

Mewakili INDEF, Heri mewanti-wanti pemerintah agar menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok untuk menjagapertumbuhan konsumsi masyarakat. Kenaikan pendapatan masyarakat, menurut dia tak menyumbang dampak positif bila diikuti kenaikan harga barang. "Jaga alur distribusi, cegah penimbunan dan segala macamnya," katanya

Berita terkait

Ragam Pendapat Pakar Soal Komposisi Kabinet Prabowo-Gibran

3 jam lalu

Ragam Pendapat Pakar Soal Komposisi Kabinet Prabowo-Gibran

Prabowo-Gibran diminta memperhatikan komposisi kalangan profesional dan partai politik dalam menyusun kabinetnya.

Baca Selengkapnya

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

4 jam lalu

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan keterlibatan Kementerian BUMN dalam proyek percepatan swasembada gula dan bioetanol.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Redistribusi Tanah Rampung Tahun Depan: Presiden Baru Hanya Urus Sedikit

4 jam lalu

Jokowi Sebut Redistribusi Tanah Rampung Tahun Depan: Presiden Baru Hanya Urus Sedikit

Jokowi mengatakan selama 10 tahun dia menjabat sebagai presiden urusan konflik tanah selalu menjadi keluhan utama warga.

Baca Selengkapnya

Warga Desa Temurejo Tagih Sertifikat Tanah ke Jokowi: Mohon Diselesaikan Sebelum Turun Jabatan

5 jam lalu

Warga Desa Temurejo Tagih Sertifikat Tanah ke Jokowi: Mohon Diselesaikan Sebelum Turun Jabatan

Presiden Jokowi ditagih sertifikat tanah oleh warga dalam kunjungan kerja ke Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Jokowi dan Ma'ruf Amin Dukung Timnas U-23 Indonesia Lolos ke Olimpiade Paris 2024 Usai Gagal ke Final Piala Asia U-23 2024

6 jam lalu

Jokowi dan Ma'ruf Amin Dukung Timnas U-23 Indonesia Lolos ke Olimpiade Paris 2024 Usai Gagal ke Final Piala Asia U-23 2024

Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin tetap memberikan dukungan semangat kepada Timnas U-23 Indonesia bisa lolos Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Tunjuk Pamannya Jadi Plh Sekda Kota Medan, Berikut Sederet Kontroversi Bobby Nasution

7 jam lalu

Tunjuk Pamannya Jadi Plh Sekda Kota Medan, Berikut Sederet Kontroversi Bobby Nasution

Bobby Nasution kembali menuai kontroversi setelah melantik pamannya menjadi Sekda Kota Medan. Ini deretan kontroversinya.

Baca Selengkapnya

Jokowi Kunker ke Banyuwangi, Bakal Serahkan Sertifikat Tanah Elektronik

8 jam lalu

Jokowi Kunker ke Banyuwangi, Bakal Serahkan Sertifikat Tanah Elektronik

Presiden Jokowi bertolak ke Banyuwangi, Jawa Timur, untuk kunjungan kerja.

Baca Selengkapnya

CEO Microsoft Temui Jokowi, Menkominfo: Komitmen Investasinya Rp 28 T

8 jam lalu

CEO Microsoft Temui Jokowi, Menkominfo: Komitmen Investasinya Rp 28 T

Menteri komunikasi dan informatika (Kominfo) Budi Arie Setiadi mengungkap jumlah investasi Microsoft di Indonesia sebesar $1,7 miliar.

Baca Selengkapnya

Ini Pertimbangan Hakim Tolak Gugatan terhadap Rocky Gerung

9 jam lalu

Ini Pertimbangan Hakim Tolak Gugatan terhadap Rocky Gerung

Hakim menilai pernyataan Rocky Gerung sebagai kritik terhadap kebijakan publik, bukan serangan personal terhadap individu.

Baca Selengkapnya

Antusiasme Warga Nobar Timnas Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

10 jam lalu

Antusiasme Warga Nobar Timnas Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

Jokowi dan beberapa menteri nonton bareng laga Timnas Indonesia vs Uzbekistan di Piala Asia U-23 2024. Nobar pun dilakukan di banyak tempat semalam.

Baca Selengkapnya