Bantah Isu Ikan Sarden Beracun, Ini Penjelasan KKP

Sabtu, 4 November 2017 13:08 WIB

Sebuah wadah yang berisikan ikan sarden hasil tangkapan nelayan yang menggunakan cara tradisional "memancing dengan api sulfat" di New Taipei City, Taiwan, 19 Juni 2016. Pemerintah telah memberikan subsidi untuk para nelayan agar tetap menggunakan cara memancing ikan sarden dengan api. REUTERS/Tyrone Siu

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan, melalui Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat KKP, membantah isu adanya kandungan logam berat beracun menyerupai telur pada komoditas ikan sarden di Indonesia. Menurut Kementerian, informasi yang beredar di masyarakat tersebut adalah hoax.

Dalam siaran pers Kementerian Kelautan yang diterima Tempo, Sabtu, 4 November 2017, disebutkan jenis ikan yang saat ini ramai diberitakan bukan di Indonesia ataupun berasal dari perairan Indonesia.

Simak: Produksi Ikan Jepang Turun, Importir Cari Sumber Lain

Menurut Kementarian Kelautan, ikan yang diisukan mengandung logam berat beracun tersebut merupakan ikan sarden dari kelompok famili Clupeidae. Secara morfologis, ikan tersebut tidak mirip dengan ikan siro (Amblygaster sirm) atau ikan lemuru (Sardinella lemuru) dari Indonesia yang menjadi bahan sardin kalengan atau ikan asin.

Selain itu, Kementerian menegaskan cara pengolahan dan sanitasi saat proses produksi ikan sarden di Indonesia sudah diterapkan dengan baik dan mengacu pada standar FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) atau Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Persyaratan mutu dan keamanan produk ikan sarden dalam kemasan salah satunya cemaran logam (Hg, Pb, Cd, Sn, dan Arsen) di bawah batas yang diizinkan. Jika salah satu logam berat melebihi ambang batas, sertifikat mutu, seperti SKP, HACCP, MD, dan sekarang SPPT SNI, tidak akan diterbitkan.

Adapun hoax yang beredar di masyarakat menyebut ada benda mirip telur atau kristal di dalam perut ikan sarden kaleng yang dianggap bisa menyebabkan tumor atau kanker yang disebabkan oleh kandungan logam berat. Namun, menurut Kementerian, benda tersebut merupakan Glugea sardinellensis (sejenis protozoa).

Dalam siaran pers tersebut juga disebutkan bahwa glugea mampu membuat sel-sel di sekelilingnya menyerupai bola untuk membentuk perisai. Sel berbentuk telur ini dapat bertumbuh hingga ukuran 1-18 milimeter, yang disebut dengan xenoma. Jadi dapat dipastikan bahwa benda mirip telur atau kristal tersebut bukan diakibatkan oleh kandungan logam berat.

Kementerian juga yakin parasit tersebut tidak menginfeksi manusia dan tidak berbahaya dikonsumsi jika ikan terlebih dahulu dibersihkan, dicuci, dan direbus dengan benar.

Lebih lanjut, Kementerian mengimbau masyarakat lebih cermat dan teliti melihat tanggal kedaluwarsa yang tercantum dalam kemasan kaleng ikan sarden. Kementerian mengingatkan jangan sampai mengkonsumsi produk yang sudah lewat masa pakainya.

M. JULNIS FIRMANSYAH

Berita terkait

Menteri Kelautan Perikanan Resmikan Media Center KKP

4 hari lalu

Menteri Kelautan Perikanan Resmikan Media Center KKP

Media Center dilengkapi dengan sejumlah fasilitas mulai dari ruang meeting, studio, hingga akses internet.

Baca Selengkapnya

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

5 hari lalu

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

BPS menyebut nilai ekspor komoditas nikel dan barang daripadanya mengalami kenaikan sebesar US$ 210,6 juta atau 45,85 persen pada April 2024.

Baca Selengkapnya

200 Ha Lahan di Tangerang Masuk Plotting Proyek Strategis Nasional PIK 2, 100 Ha di Antaranya, Kawasan Lahan Perhutani dan KKP

6 hari lalu

200 Ha Lahan di Tangerang Masuk Plotting Proyek Strategis Nasional PIK 2, 100 Ha di Antaranya, Kawasan Lahan Perhutani dan KKP

Sekitar 200 hektar tanah di Desa Lontar Kecamatan Kemeri Kabupaten Tangerang, masuk dalam plotting lahan Proyek Strategis Nasional (PSN) PIK 2

Baca Selengkapnya

Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus

21 hari lalu

Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa sektor perikanan kurang mendapat dukungan investasi dari perbankan. Menurut dia, penyebabnya karena perbankan menghindari resiko merugi dari kegiatan investasi di sektor perikanan itu.

Baca Selengkapnya

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

21 hari lalu

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak investor untuk investasi perikanan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

24 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap kapal pencuri ikan berbendera Malaysia. Kapal itu tercatat sudah dimusnahkan tapi masih beroperasi

Baca Selengkapnya

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

32 hari lalu

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia mendesak pemerintah untuk mengusut dugaan kejahatan perikanan di laut Arafura.

Baca Selengkapnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

42 hari lalu

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan buka pendaftaran peserta didik 2024. Cek di sini caranya.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

43 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Sri Mulyani Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,2 Persen, Bahlil Debat dengan Luhut

19 Maret 2024

Terkini Bisnis: Sri Mulyani Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,2 Persen, Bahlil Debat dengan Luhut

Sri Mulyani masih yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bisa mencapai 5,2 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya