Faisal Basri: Bukan Salah Pajaknya, Targetnya Ketinggian

Selasa, 31 Oktober 2017 06:00 WIB

Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri (kiri) saat diskusi rekomendasi penghapusan BBM jenis Premium atau Ron 88, di Jakarta, 27 Desember 2014. ANTARA/Andika Wahyu

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, mengatakan target penerimaan pajak pada 2017 sebesar Rp 1.283,6 triliun terlalu tinggi. "Bukan salah pajaknya, targetnya ketinggian," kata dia saat ditemui di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin, 30 Oktober 2017.

Menurut Faisal, penerimaan pajak terus berkurang setelah beberapa tahun lalu pernah mencapai 96 persen, bahkan pernah 107 persen pada puncak boom commodity. "Namun dua tahun pemerintahan Jokowi melorot menjadi 82 persen. Dan di 2016, realisasi tanpa tax amnesti hanya 74 persen, mungkin terendah sepanjang sejarah," ujarnya.

Baca juga: Penerimaan Pajak Seret, Ini Jurus-Jurus Sri Mulyani

Faisal mengatakan pajak yang paling mudah adalah pajak perdagangan internasional, karena titiknya jelas di Bea dan Cukai. Ia mengatakan ekspor dan impor Indonesia juga turun terhadap produk domestik bruto.

"Dan kita satu-satunya negara yang turun. Ekspor turun dari 29 persen ke 19 persen, impor 24 persen ke 18 persen. Itu terjadi sudah lama dalam 16 tahun terakhir secara konsisten," ucapnya.

Menurut dia, jumlah orang yang bekerja saat ini semakin banyak yang informal yang tidak memiliki nomor pokok wajib pajak atau NPWP.

Advertising
Advertising

"Mengingat 70 persen rakyat Indonesia extreme poor, moderate poor, dan vulnerable yang hampir pasti tidak punya NPWP. Kelas menengah dan yang secara ekonomi secure hanya 30 persen. Itu yang feasible dipajakin," tuturnya.

Ia melihat pertumbuhan agak unik, tapi ambisi belanja menggebu. "Semua basisnya turun belanjanya menggebu. Menggebu itu oke. Tahun 2014, infrastruktur naik kenceng, karena ada sumber yang dialihkan dari subsidi BBM. Tapi cuma setahun aja, 2016 sudah tidak ada lagi," katanya.

Menurut Faisal, jika dilihat dari hal tersebut, basisnya harus dari pajak. "Jadi tidak sepenuhnya salah pajak. Tapi ambisinya terlalu menggebu," kata dia.

Ia melanjutkan, saat ini database perpajakan masih lemah. "Unfortunately lingkungan perpajakan juga sedang buruk. Ingin mendorong spending berbasis pajak, tapi lingkungan strategisnya sedang buruk," ujarnya.

Faisal menilai pertumbuhan sedang mengalami perlambatan dari 8 persen, 7 persen, 6 persen, dan sekarang 5 persen. Menurut dia, tax ratio sebetulnya tidak boleh berubah, tapi penerimaan pajak relatif turun padahal seharusnya digenjot.

"Kemudian kita lihat potensi-potensi yang masuk lewat sistem keuangan juga masih lemah. Perbankan hanya menyalurkan kredit 46,7 persen PDB," katanya.

Faisal Basri membandingkan dengan negara-negara lain yang sudah mendekati 200 persen, sedangkan Indonesia masih 40-an persen. "Mudah-mudahan dengan fintech bisa naik mendekati kondisi sebelum krisis 60 persen," ujarnya.

Pada tahun anggaran 2018, pemerintah mentargetkan penerimaan pajak 2018 dipatok Rp 1.609,4 triliun atau tumbuh 9,3 persen dari target APBN 2017.

Berita terkait

Terpopuler: Pria Sobek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai, BTN Didemo karena Uang Nasabah Hilang

4 jam lalu

Terpopuler: Pria Sobek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai, BTN Didemo karena Uang Nasabah Hilang

Terpopuler bisnis: Pria menyobek tas Hermes di depan petugas Bea Cukai karena karena diminta bayar Rp 26 juta, BTN didemo nasabah.

Baca Selengkapnya

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

17 jam lalu

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

Viral seorang pria yang merobek tas Hermes mewah miliknya di depan petugas Bea Cukai. Bagaimana duduk persoalan sebenarnya?

Baca Selengkapnya

Akhir-akhir Ini Jadi Sorotan, Apa Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai?

1 hari lalu

Akhir-akhir Ini Jadi Sorotan, Apa Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai?

Banyak masyarakat yang mempertanyaan fungsi dan tugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai lantaran beberapa kasus belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Jenis-Jenis Sumber Penerimaan Negara Indonesia, Mana yang Terbesar?

3 hari lalu

Jenis-Jenis Sumber Penerimaan Negara Indonesia, Mana yang Terbesar?

Berikut ini rincian tiga jenis sumber penerimaan utama negara Indonesia beserta jumlah pendapatannya pada 2023.

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Kasus Dugaan Penerimaan Gratifikasi oleh Kepala Kantor Pajak Jakarta Timur Masih Penyelidikan

8 hari lalu

KPK Sebut Kasus Dugaan Penerimaan Gratifikasi oleh Kepala Kantor Pajak Jakarta Timur Masih Penyelidikan

KPK masih melakukan penyelidikan terhadap KPP Madya Jakarta Timur Wahono Saputro untuk kasus dugaan penerimaan gratifikasi dan TPPU.

Baca Selengkapnya

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

8 hari lalu

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

Kesepakatan kerja sama ini dirancang untuk meningkatkan deteksi aset yang mungkin memiliki kewajiban pajak di kedua negara.

Baca Selengkapnya

Mantan Dirut RSUP Haji Adam Malik Jadi Tersangka Korupsi, Pakai Uang Pajak untuk Kepentingan Pribadi

9 hari lalu

Mantan Dirut RSUP Haji Adam Malik Jadi Tersangka Korupsi, Pakai Uang Pajak untuk Kepentingan Pribadi

Kejaksaan menetapkan mantan Direktur Utama RSUP Haji Adam Malik Medan, Bambang Prabowo, sebagai tersangka korupsi.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ekonom Sepakat dengan Kritik Faisal Basri terhadap Menteri yang Bersaksi di Sidang MK, Puncak Arus Balik Lebaran

16 hari lalu

Terkini Bisnis: Ekonom Sepakat dengan Kritik Faisal Basri terhadap Menteri yang Bersaksi di Sidang MK, Puncak Arus Balik Lebaran

Yusuf Wibisono turut mengkritik menteri Muhadjir Effendy yang mengklaim tidak ada pengaruh bansos terhadap perolehan suara Prabowo - Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Dukung Kritik Faisal Basri terhadap 3 Menteri yang Bersaksi soal Politisasi Bansos di MK

17 hari lalu

Ekonom Dukung Kritik Faisal Basri terhadap 3 Menteri yang Bersaksi soal Politisasi Bansos di MK

Yusuf Wibisono menilai pendapat ketiga menteri di hadapan majelis hakim MK mengecewakan publik.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Tanggapi Airlangga Hartarto soal Produksi Beras Anjlok 5,88 Juta Ton karena El Nino: Bluffing Luar Biasa

18 hari lalu

Faisal Basri Tanggapi Airlangga Hartarto soal Produksi Beras Anjlok 5,88 Juta Ton karena El Nino: Bluffing Luar Biasa

Faisal Basri mengkritik statment Airlangga Hartarto dalam sidang sengketa Mahkamah Konstitusi yang menyebut produksi beras di Indonesia turun karena El Nino.

Baca Selengkapnya