Soal Liberalisasi Penerbangan ASEAN, Ini Pro Kontra Kata Pengamat

Senin, 16 Oktober 2017 09:41 WIB

Calon penumpang menganteri check in tiket pewasat di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, 12 Agustus 2016. TEMPO/Subekti

TEMPO,CO. Jakarta - Pemerintah diminta memperhatikan maskapai penerbangan dalam negeri dalam penerapan kebijakan liberalisasi penerbangan bersama negara-negara ASEAN. "Adanya kesepakatan itu wajar saja, tapi harus mementingkan kepentingan nasional," kata Direktur Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati kepada Tempo, Ahad, 15 Oktober 2017.

Arista menilai maskapai lokal seperti Garuda Indonesia dan Lion Air masih kurang tangguh untuk bisa bersaing dengan maskapai-maskapai negara tetangga seperi Nam Air, Thai Airways, maupun Singapore Airlines.

Baca: Simak 4 Kesepakatan Menhub dan Para Menteri Transportasi ASEAN

Pemerintah, menurut Arista, mesti mendukung maskapai lokal tersebut dengan kebijakan-kebijakan yang bisa menguatkan, misalnya dengan membatasi agar bandar udara yang membuka penerbangan langsung dari negara tetangga. "Sekarang saja perjanjian bilateral sudah ada dengan singapura untuk penerbangan-penerbangan langsung dari daerah-daerah. Dengan Malaysia, Air Asia juga banyak."

Jika liberalisasi penerbangan dipaksakan, Arista khawatir nantinya maskapai-maskapai lokal nanti hanya bergerak untuk penerbangan domestik saja lantaran tersisih dalam persaingan internasional. Meski demikian, tak dipungkiri kebijakan Open Sky itu memang bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak pemasukan dari sektor pariwisata."Kementerian perhubungan, pariwisata, dan maskapai mesti duduk bersama mencari solusi," katanya

Advertising
Advertising

Hal senada dilontarkan oleh Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi yang menilai liberalisasi penerbangan hanya akan menguntungkan Singapura dan lebih banyak merugikan pihak Indonesia. "Akan mengakibatkan persaingan sektor penerbangan Indonesia makin ketat dan mengarah persaingan tidak sehat," ucapnya.

Baca: Dukung Liberalisasi Penerbangan, Garuda Indonesia: Ini Peluang

Dengan persaingan antar maskapai sudah cenderung saling menjatuhkan saat ini, apalagi ditambah pemain baru, Tulus tak yakin menilai maskapai Indonesia bisa bertahan. "Saat dibuka akses rute internasional dari bandara daerah ke Singapura, yang terjadi bukan wisatawan Singapura ke daerah di Indonesia, tetapi orang Indonesia yang malah akan plesiran ke Singapura," tutur Tulus.

Sementara itu, pengamat penerbangan Alvin Lie menilai kebijakan liberalisasi penerbangan di ASEAN itu bisa memberikan manfaat bagi Indonesia. Sebab, dalam jangka panjang, peluang kerja sumber daya manusia Indonesia dan ASEAN akan makin besar. "Warga negara kita juga jadi lebih luas peluang kerjanya," kata Anggota Ombudsman Republik Indonesia itu.

Selain itu, semakin banyak kota yang dibuka untuk penerbangan luar negeri bisa membuka peluang pariwisata di Indonesia. Misalnya, kata dia, Bandara Silangit yang melayani penerbangan internasional dan membuka peluang pariwisata, perdagangan, dan industri di sana sehingga lebih efisien dan efektif.

Sementara untuk persaingan maskapai, Alvin melihat pemerintah telah membuka peluang agar maskapai penerbangan lokal bisa masuk ke pasar internasional. "Kalau sudah sampai ke sana urusannya strategi bisnis, pengusaha kita kan modalnya kuat dan pesaing ulung," ujarnya.

HENDARTYO HANGGI

Berita terkait

Airlangga Hartarto Dorong Peningkatan Pendidikan Mikroelektronik

6 hari lalu

Airlangga Hartarto Dorong Peningkatan Pendidikan Mikroelektronik

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong peningkatan pendidikan mikroelektronik untuk kuasai pasar semikonduktor.

Baca Selengkapnya

Posisi Kursi Pesawat Terbaik Agar Bisa Tidur Selama Penerbangan Jarak Jauh

7 hari lalu

Posisi Kursi Pesawat Terbaik Agar Bisa Tidur Selama Penerbangan Jarak Jauh

Pakar tidur membagikan beberapa tips agar bisa tidur di pesawat selama penerbangan jarak jauh

Baca Selengkapnya

Maskapai India Ini Batalkan 85 Penerbangan Gara-gara Awak Kabin Cuti Massal

8 hari lalu

Maskapai India Ini Batalkan 85 Penerbangan Gara-gara Awak Kabin Cuti Massal

Maskapai penerbangan Air India membatalkan sejumlah penerbangan karena awak kabin ramai-ramai sakit.

Baca Selengkapnya

Ramai-ramai Pramugari Cuti Sakit, Air India Express Batalkan 40 Penerbangan Setiap Hari sampai 13 Mei

8 hari lalu

Ramai-ramai Pramugari Cuti Sakit, Air India Express Batalkan 40 Penerbangan Setiap Hari sampai 13 Mei

Sekitar 13.000 penumpang terkena dampak pembatalan penerbangan Air India Express.

Baca Selengkapnya

Daftar Negara di Asia Tenggara dengan Gaji Tertinggi, Indonesia Nomor Berapa?

10 hari lalu

Daftar Negara di Asia Tenggara dengan Gaji Tertinggi, Indonesia Nomor Berapa?

Berikut ini daftar negara di Asia Tenggara dengan gaji tertinggi. Indonesia memiliki rata-rata upah sebesar Rp5 juta. Ini informasinya.

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

10 hari lalu

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

Bank CIMB Niaga bekerja sama dengan Principal Indonesia untuk meluncurkan Reksa Dana Syariah Principal Islamic ASEAN Equity Syariah.

Baca Selengkapnya

5 Negara Terkecil di Asia Tenggara Berdasarkan Luas Wilayah

10 hari lalu

5 Negara Terkecil di Asia Tenggara Berdasarkan Luas Wilayah

ASEAN terdiri dari 11 negara yang berlokasi di Asia Tenggara. Ini dia negara terkecil di Asia Tenggara berdasarkan luas wilayahnya.

Baca Selengkapnya

5 Negara Pendiri ASEAN dan Tokohnya, Indonesia Termasuk

11 hari lalu

5 Negara Pendiri ASEAN dan Tokohnya, Indonesia Termasuk

ASEAN didirikan oleh lima negara di kawasan Asia Tenggara pada 1967. Ini lima negara pendiri ASEAN serta tokohnya yang perlu Anda ketahui.

Baca Selengkapnya

Tips Menghindari Kursi Pesawat Tanpa Jendela Menurut Pakar Penerbangan

11 hari lalu

Tips Menghindari Kursi Pesawat Tanpa Jendela Menurut Pakar Penerbangan

Ada cara untuk menghindari kursi pesawat tanpa jendela, namun tidak mudah.

Baca Selengkapnya

Maskapai Penerbangan Ini Harus Bayar Kompensasi 39 Juta Gara-gara Sandaran Kursi Tak Bisa Direbahkan

17 hari lalu

Maskapai Penerbangan Ini Harus Bayar Kompensasi 39 Juta Gara-gara Sandaran Kursi Tak Bisa Direbahkan

Pnumpang maskapai penerbangan ini merasa diperlakukan sebagai penumpang kelas ekonomi meski sudah bayar kelas bisnis.

Baca Selengkapnya