TEMPO.CO, Jakarta- Kamar Dagang dan Industri Indonesia menilai semua lini bisnis perlu digerakkan untuk menyokong laju pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan ekonomi global.
Rosan Perkasa Roeslani, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perbankan dan Finansial menilai sektor-sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan industri kreatif yang selama ini mendapat porsi kecil harus ikut didorong karena terbukti lebih kokoh menghadapi gejolak pasar global.
“Imbas gejolak di pasar global tidak begitu menyentuh sektor UKM dan industri kreatif,” ujarnya, Jumat, 9 Oktober 2015.
Dia mengatakan, sektor UKM dan industri kreatif, walaupun berskala kecil dan kontribusinya terhadap ekonomi nasional masih di bawah lima persen, sangat layak diandalkan sebagai salah satu solusi penggerak ekonomi nasional.
Dalam pandangan Rosan, tantangan yang dihadapi industri kreatif adalah minimnya kebijakan yang mendukung iklim kreasi, seperti perizinan, investasi, permodalan, dan perlindungan hak cipta.
Masalah lainnya adalah industri kreatif, yang acapkali berskala home industry, belum bersinergi untuk memperkuat posisi tawar di pasar. “Yang dibutuhkan adalah formula rantai ekonomi bagi industri kreatif, yang mencakup kegiatan kreasi, produksi, hingga distribusi atau pemasaran. Bila rangkaian kegiatan ini bisa disinergikan, produktivitas dan nilainya bisa jauh lebih besar,” katanya.
Dia mengatakan meski secara nasional sektor UKM dan industri kreatif belum memberikan kontribusi yang signifikan, sektor itu bisa menjadi fondasi perekonomian di daerah, seperti di Jawa Barat.
Berdasarkan data BPS 2014, Jawa Barat menempati peringkat kedua dalam jumlah dan jenis UKM per desa atau kelurahan, dengan jumlah total 16.405. Industri makanan dan minuman menempati posisi pertama dengan jumlah 4.023.
Posisi kedua ditempati oleh industri olahan kayu (3.987), anyaman (2.266), industri gerabah atau keramik (1.828), serta industri konveksi dan tenunan (1.779).