TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden BJ Habibie mengatakan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sudah tepat digunakan untuk Indonesia pada saat ini. Dengan demikian, kebutuhan pasokan daerah bisa menjadi lebih hemat anggaran. "Nuklir sudah tepat untuk listrik dan saya rasa tidak ada masalah," kata Habibie usai mengadakan pertemuan dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) di Jakarta, Minggu, 24 Mei 2015.
Habibie menjelaskan yang dibutuhkan dari nuklir adalah listriknya. Jadi seharusnya masyarakat tidak perlu khawatir mengenai keamanannya. "Sudah banyak negara maju menggunakan PLTN dan hingga saat ini tidak ada masalah," ujar Habibie.
Habibie berpendapat dengan menggunakan tenaga nuklir, bisa menghemat anggaran. Selain itu, aliran listriknya bisa dimaksimalkan pada teknologi transportasi.
"Nuklir bisa jadi lebih hemat karena dayanya kuat, asalkan yang mengolah keamanan serta prosesnya adalah masyarakat Indonesia sendiri. Sisanya tinggal diawasi secara kuat," kata Habibie.
"Kita punya Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Ini harus dikembangkan lagi potensinya untuk kebaikan masyarakat," ujar Habibie.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) menargetkan akan mulai membangun reaktor nuklir pada 2024. "Faktanya ialah kita kekurangan listrik. Walaupun sudah memanfaatkan energi baru dan terbarukan, tapi nuklir memang tetap dibutuhkan. Harapannya pada 2024-2025 kita sudah punya reaktor," kata Direktur Jenderal EBTKE Rida Mulyana.
Rida menjelaskan bahwa rencana untuk memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) bukan sebatas harapan, tapi menjadi sebuah kebutuhan dalam memenuhi pasokan energi di masa depan. Untuk membangun instalasi reaktor nuklir, kata Rida, dibutuhkan waktu sekitar 10 tahun. Untuk itu diperlukan persiapan yang matang agar dapat berjalan sesuai rencana.
ANTARA