TEMPO.CO, Shanghai - Larangan ekspor mineral mentah oleh Indonesia akan meningkatkan pengiriman kokas metalurgi hingga 2 juta ton per tahun dari Cina untuk smelter-smelter yang dibangun di Asia Tenggara. Cina akan memasok kokas bagi Indonesia untuk membuat besi cor nikel, substitusi dari nikel yang dimurnikan dalam stainless steel.
Peningkatan ekspor ini menunjukkan bahwa Indonesia telah mengubah pola perekonomian Asia Tenggara menjadi penghasil barang-barang jadi, dari sekadar pemasok bahan mentah. Oleh karena itu, arus komuditas di wilayah ASEAN akan mengalami perubahan. (Baca juga: Freeport Merayu Minerba, Pemerintah Menolak)
Menurut kalkulasi Reuters, kenaikan hingga 2 juta ton per tahun itu muncul karena adanya pengoperasian pabrik pengolahan dan pemurnian mineral mentah atau smelter baru dalam beberapa tahun mendatang. Sebelumnya, ekspor Cina tahun lalu tercatat 47 ribu ton.
Pertumbuhan ini akan mendorong Cina dalam peningkatan ekspor kokas secara menyeluruh. Data pabean menunjukkan adanya kenaikan tiga kali lipat menjadi 4,67 juta pada 2013 setelah Beijing menghapus 40 persen pajak serta sistem kuota ekspor. (Baca juga: Freeport Lobi Pemerintah Kendurkan Aturan Ekspor)
"Jumlah kokas yang dikirim ke Indonesia akan meningkat drastis dan harga kokas domestik pastinya akan naik," ujar seorang manajer smelter nikel di Cina, seperti dilansir Reuters, Kamis, 30 Januari 2014.
Meski demikian, para analis menyatakan kenaikan harga di Cina tidak akan tajam mengingat surplus suplai di negara tersebut. Manajer smelter itu menuturkan, firmanya akan mulai mengekspor kokas ke Indonesia pada semester II tahun ini menyusul rendahnya harga di Cina. (Berita terkait: Ekspor Dilarang, 3 Pabrik Smelter Segera Operasi)
Indonesia menyediakan 58 persen dari 71,3 juta ton bijih nikel Cina serta impor konsentrat pada 2013. Namun, pengiriman dihentikan dengan diberlakukannya larangan ekspor mineral mentah mulai awal bulan ini.
Kokas metalurgi digunakan sebagai bahan bakar dalam proses pembuatan baja atau besi. Menurut kepala analis firma penelitian milik negara Antaike, Xu Aidong, tujuh perusahaan Cina brencana membangun smelter di Indonesia dengan kapasitas produksi 200 ribu ton metal per tahun.
Jumlah metal dalam nickel pig iron berbeda dengan 4 persen kandungannya yang digunakan dalam 200 grade stainless steel di Cina, kebanyakan untuk peralatan dapur dan rumah tangga. Kapasitas 200 ribu ton tersebut merupakan hasil dari 5 juta ton nickel pigiron berdasarkan kandungan metal 4 persen, yang membutuhkan 2,25 juta ton kokas. (Lihat juga : Ekspor Dilarang, Investasi Smelter Capai Rp 150 Triliun)
Menurut data pabean, pembeli kokas nomor satu Cina pada 2013 adalah India, dengan pembelian sebanyak 1,68 juta ton. Ekspor kokas Cina tahun lalu hanya sekitar 1 persen dari produksi negara tersebut secara keseluruhan.
Harga kokas metalurgi Cina saat ini sekitar 1.300 yuan atau HK$ 1.700 per ton. Pada 2012, angka itu tercatat 1.200 yuan, berdasarkan data Umetal.com, speasialis informasi metal dan data di Cina.
Para analis memperkirakan kenaikan harga di Cina akan dibatasi dengan adanya surplus di negara tersebut. Cina mengkonsumsi lebih dari 319 juta ton kokas metalurgi pada 2013. Sementara itu angka produksinya mencapai 476 juta ton.
REUTERS | MARIA YUNIAR
Terpopuler :
PT Semen Indonesia Sewakan Lahan ke PTPN X
Ekspor Mineral, Jero Tolak Permintaan Freeport
Alasan Foxconn Hijrah dari Cina ke Indonesia
10 Saham Pencetak Rugi Terbesar
Pemasok untuk iPhone Bedol Desa? BKPM: Tunggu Saja