TEMPO Interaktif, Nusa Dua - Pengusaha Ciputra meminta pemerintah mengalokasikan dana untuk pengembangan kewirausahaan di Indonesia. "Minimal 2 persen dari total anggaran pemerintah untuk pendidikan khusus entrepreneurship," kata bos Ciputra Grup di sela-sela Regional Entrepreneurship Summit di Nusa Dua, Bali, Sabtu 23 Juli 2011.
Menurut Ciputra, pendidikan kewirausahawan amat penting untuk membangun masa depan Indonesia. Negeri dengan jumlah penduduk besar seperti Indonesia harus muncul wirausahawan untuk bisa mengelola pasar. "Alokasi dana pendidikan yang mencapai Rp 250 triliun, untuk kegiatan entreprenership bisa dialokasikan sekitar 10 persen," ujar dia.
Pendidikan memang penting untuk memberi modal dasar bagi para wirausahawan. Pendidikanlah yang mengubah pola pikir seseorang. Pola pikir yang mesti dipahami Indonesia, katanya, adalah wirausahawan yang bekerja dengan menggunakan ide dan kreativitas. Apabila jumlah wirausaha bisa didorong jadi 2 persen dari jumlah penduduK Indonesia, pertumbuhan ekonomi bisa didorong hingga capai 10 persen.
Saat ini jumlah wirausahawan Indonesia baru 0,18 persen. Negara maju seperti Amerika Serikta, jumlah wirausahawan capai 17 persen dari penduduknya.
Direktur Utama Bank Mandiri, Zulkifli Zaini, mengatakan perusahaannya sudah memulai pemberian pelatihan disejumlah universitas di Indonesia sejak 2007. Pesertanya mencapai 18 ribu orang. "Bentuk pengajaran yang diberikan berupa motivasi dari pengusaha yang sudah sukses yang bisa memberikan inspirasi," kata dia.
Beberapa wirausahawan yang sudah dicetak melalui program Bank Mandiri tersebut antara lain Hendi Setiono pendiri usaha Kebab Turki Baba Rafi. "Penjualannya sudah mencapai US$ 5,7 juta pada 2009," kata dia. Ke depan, lanjut Zulkifli, Bank Mandiri ingin lebih banyak memberikan bantuan untuk pengembangan pada wirausahawan berbasis teknologi.
EKA UTAMI APRILIA