Menurut Direktur ILO untuk Indonesia Peter van Rooij, pada tahap awal, program dijalankan di lima perusahaan UKM percontohan. "Program ini bertujuan menjalin hubungan baik antara karyawan dan manajemen serta hubungan industrial sehingga perusahaan bisa meningkatkan daya saingnya," ujarnya di sela acara lokakarya pengkajian manfaat program SCORE di kantor Kemenakertrans, Selasa (11/1).
Program SCORE ILO dirancang untuk membantu UKM di Indonesia dalam meningkatkan mutu dan produktivitas, meningkatkan kondisi kerja, dan memperkuat hubungan kerja antara manajemen dan pekerjanya. "Program ini juga untk membantu perusahaan agar lebih kompetitif di dalam pasar global, sehingga bisa menciptakan lapangan kerja," kata Peter.
Kucuran dana USD 400 ribu tersebut akan digunakan untuk program SCORE hingga 2013. Indonesia terpilih menjadi salah satu dari tujuh negara selain India, China, Afrika Selatan, Ghana, Vietnam dan Kolombia untuk menerapkan program SCORE. "Indonesia mempunyai potensi sumber daya alam dan SDM yang banyak. Dengan program ini, bagaimana bisa memanfaatkan potensi yang ada dan mengembangkannya. Juga untuk fokus pada bagaimana menjalin hubungan erat dan hubungan industri dalam perusahaan," ujarnya.
Selain ILO, program ini juga didanai oleh Sekretariat Negara Swiss untuk Urusan Ekonomi (SECO) yang didukung Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Konfederasi nasional dan Yayasan Dharma Bhakti Astra.
Seco sendiri mengucurkan dana sebesar 2,1 juta Swiss Franc untuk 3 tahun ke depan. Menurut Muhammad Andri Mulia, National Program Officer dari SECO, Indonesia dipilih untuk program tersebut karena sektor UKM di Indonesia dinilai cukup riskan atau rentan terhadap krisis, sehingga harus didukung agar tetap eksis berproduksi. "Selain itu juga karena UKM di Indonesia GDP-nya (Gross Domestic Product) cukup signifikan," katanya. Kriteria perusahaan UKM yang dipilih, diantaranya memiliki karyawan sebanyak 30-250 orang.
ROSALINA