Pengamat ekonomi Faisal H Basri menyetujui kenaikan tarif tol yang ditetapkan pemerintah sejak Rabu (11/6) karena menurutnya tarif tol sudah sangat murah dan sudah delapan tahun belum pernah naik. Hal ini diungkapkannya kepada Tempo News Room melalui telepon Rabu (11/6) petang.
Menanggapi penolakan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia terhadap kenaikan tarif tol ini, Faisal menyatakan tidak sependapat. Hal ini karena menurut Faisal tarif tol di Indonesia paling murah di dunia. Selain itu selama ini yang menikmati jalan tol adalah kalangan kelas menengah yang notabene memiliki mobil.
Orang masuk ke tol sama dengan gratis. Tidak ada perbedaan antara jalan tol dengan bukan tol. Itu yang menyebabkan jalan tol macet melulu, karena nggak ada harganya, tandas Faisal. Seharusnya tarif tol dalam kota (Jakarta) Rp 5.000, pemerintah sangat santun dengan hanya menaikkan tarif tol 25 persen,tegasnya. Pemerintah menurutnya masih sangat konservatif dengan tingkat kenaikan itu. Mestinya kenaikannya harus lebih tingi karena dengan kenaikan 25 persen masyarakat belum berpikir untuk tidak mengunakan jalan to, katanya.
Menurut Faisal, persoalannya sekarang adalah bagaimana meningkatkan pelayanan di jalan tol agar betul-betul harga yang dibayar sesuai dengan kenikmatan yang diberikana. Dia mencontohkan di New York pada jam-jam tertentu tetap terjadi kemacetan di jalan tol. Namun meskipun macet, kondisinya tetap tertib.Sementara di Australia saat ini sudah tidak ada lagi gerbang-gerbang tol. Di bawah mobil ada semacam magnet yang akan tergesek sehingga nantinya setiap bulan pemilik mobil akan mengetahui tagihan tolnya,ujarnya.
Yang penting menurut Faisal, jalan tol bukan solusi mengatasi kemacetan, karena berkaitan dengan sistem transportasi umum yang sudah parah. Saat ini biaya untuk transportasi umum justru jauh lebih mahal daripada mengunakan transportasi pribadi padahal keamanan dan kenyamanannya tidak terjamin. Dan tentu saja hal ini semakin meningkatkan kemacetan di jalan.
(Sita Planasari A-TNR)