TEMPO Interaktif, Jakarta:Lubang sumur Banjar Panji 1 milik PT Lapindo Brantas yang menyemburkan air dan lumpur panas makin membesar. Menurut Rudi Rubiandini, anggota tim penanggulangan lumpur Lapindo, akibat melebarnya lubang sumur itu, semburan juga makin besar. "Teknologi menggunakan tanggul tidak boleh diteruskan. Jebolnya tanggul hari ini merupakan contoh baik kalau tanggul itu rapuh, karena tanggul tidak permanen dan terbuat hanya dari tanah. Ini seperti bom waktu," kata Rudi saat dihubungi Tempo kemarin. Selain itu, rencana pemerintah yang mengijinkan pembuangan cairan lumpur dengan treatment dinilai akan membuat penanganan lumpur menjadi lebih lama. Sebab, pembuatan perangkat air treatment seperti yang dikemukakan pemerintah, membutuhkan waktu. Untuk pembuatan pipa saja, kata Rudi, bisa lebih dari dua bulan. Peralatan pompa juga harus ditender. "Beratnya pipa itu 17 kilogram, itu tidak bisa didatangkan dalam semalam," ujarnya. Dia menjelaskan, lumpur Lapindo terdiri dari tiga bagian, antara lain, lumpur padat, lumpur cair dan lumpur lembek. Lumpur cairlah yang akan dibuang ke Kali Porong. Ketika cairan dibuang, lumpur lembek akan menjadi lumpur padat. Kemudian lumpur padat ini bisa dijadikan batu bata. Selain itu, jika cairan dikurangi, maka bisa mengurangi kekuatan semburan dan tidak akan menerobos tanggul penahan. Penanganan lumpur dengan menggunakan skenario ketiga telah dihentikan sejak 3-4 hari lalu karena kuatnya semburan. Metode pengeboran dari samping atau relief well sudah tidak mampu lagi bertanding dengan lumpur. "Selama lumpur tidak dialirkan ke sungai, kita tidak bisa melakukan penanganan relief well," katanya. Dia menambahkan, luapan lumpur tersebut juga berpotensi makin melebar. Ia memperkirakan, jika lumpur tersebut sampai ke penduduk, temperaturnya 40 derajat celsius. "Jalan tol juga akan hilang sepanjang 1 kilometer," ujarnya. Rudi mengaku mendapat informasi dari pihak Lapindo bahwa jebolnya tanggul karena sirtu yang datang terlambat. Penyebabnya, Rabu lalu (9/8) 25 truk yang akan mengambil sirtu sempat dilarang polisi karena tidak mempunyai ijin mengambil sirtu. Truk juga terhambat karena macetnya jalan akibat ditutupnya jalan tol. "Ini merupakan penyebab yang timbul karena akumulatif," ujarnya. Konsultan bisnis energi dan perminyakan John S. Karamoy mengatakan, pembuangan lumpur ke sungai merupakan pilihan terbaik dari yang terburuk. "Kalau itu satu-satunya jalan dan tidak ada pilihan lain," kata John kepada wartawan, usai peluncuran buku biografinya "The Oil Man" di Grand Melia Jakarta. Dia menilai, pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan lumpur Lapindo kurang bergerak cepat. "Slow response," ucapnya. Penanganan yang dinilai lambat ini, menurut dia, lantaran pihak-pihak tersebut terlalu memikirkan perencanaan. Padahal, kata John, seharusnya bisa langsung dilakukan skenario ketiga. NIEKE