Merasa Dikerjai, Perusahaan Smelter Protes ke Pemerintah

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Senin, 31 Agustus 2015 22:02 WIB

Seoang anak laki-laku yang bekerja di pertambangan batu bara di Samangan, Afganista, 1 Mei 2014. FARSHAD USYAN/AFP/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Rencana relaksasi larangan ekspor mineral dan batubara oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menuai banyak protes dari perusahaan smelter. Mereka merasa dikerjai.


Sebanyak 21 perusahaan smelter dengan total investasi mencapai US$30 miliar menyatakan kebijakan ini akan membunuh perusahaan smelter tanah air dan merusak kredibilitas Indonesia di mata investor asing.


Alexander Barus, Vice President Director PT Bintang Delapan Mineral, mengatakan PT Sulawesi Mining Investment telah menggelontorkan investasi sebesar US$2,3 miliar dalam pembangunan smelter nikel. “Jika ekspor mentah dibuka lagi, mati kita,” tuturnya.


Eddy S. Setiawan, Direktur PT Century Metalindo, penghasil nikel dan silicon mangan, mengatakan Presiden Joko Widodo secara resmi harus menegaskan bahwa larangan ekspor mineral mentah tidak akan direlaksasi guna menciptakan kepastian hukum bagi industri smelter.


“Kami selaku pengusaha smelter sangat resah dengan informasi yang beredar. Jika relaksasi ini benar-benar dilakukan, maka perusahaan kami akan hancur. Pasalnya, hingga saat ini aktivitas produksi terus tersendat akibat tidak adanya kepastian pasokan bahan baku,” tuturnya.


Advertising
Advertising

Saat ini, lanjutnya, perusahaan memproduksi nikel dengan kapasitas 150 ton setara nikel murni per bulan serta silicon mangan dengan volume 1.300 metric ton per bulan. Sulitnya mendapatkan kepastian bahan baku dari pemilik IUP menjadikan ongkos produksi tinggi.


Menurutnya, untuk mempercepat ekspor hasil tambang bernilai tambah, pemerintah harus tegas mencabut IUP perusahaan yang tidak melakukan penambangan serta tidak berkomitmen membangun smelter.


Dengan demikian, IUP yang telah dicabut dapat diberikan kepada penambang lain yang berkomitmen melakukan penambangan atau kepada perusahaan smelter yang telah berproduksi. Dengan demikian, akan tercipta keseimbangan antara pasokan bahan baku dengan proses pemurnian.


Petrus Tjandra, Senior Advisor PT Refined Bangka Tin, mengatakan ekspor mineral mentah bentuk ketidakkonsistenan pemerintah melaksanakan program hilirisasi walaupun dihantam penurunan ekspor serta depresiasi rupiah.


“Kami ini salah satu dari 14 perusahaan dunia yang diakui oleh London Metal Exchange, sehingga timah hasil produksi dapat diperdagangkan langsung tanpa perantara. Jika ekspor mineral mentah dibuka lagi kami dapat bahan baku dari mana, yang mendapatkan keuntungan justru Malaysia dan Thailand,” ujarnya.


Saat ini, lanjutnya, perusahaan memiliki kapasitas desain produksi sebesar 12.000 ton per tahun dengan rencana kerja dan anggaran belanja (RKAB) yang disetujui pemerintah sebanyak 10.000 ton per tahun. Dengan hak konsesi seluas 30.000 hektare di darat dan laut, sejak 2009 hasil produksi 100% untuk ekspor.


Haykel Hubeis, Wakil Direktur Utama PT Delta Prima Steel, mengatakan mayoritas industri smelter Tanah Air saat ini kesulitan mendapatkan kepastian bahan baku. Pasalnya, sejumlah pemilik IUP tidak melaksanakan aktivitas pertambangan.


“Sejumlah pemilik IUP enggan memenuhi spesifikasi hasil tambang yang dibutuhkan oleh smelter. Mereka hanya ingin memasok batu dan tanah tanpa spesifikasi yang dibutuhkan oleh mesin smelter,” ujarnya.


Data asosiasi menunjukkan, dari 21 perusahaan smelter, 10 unit di antaranya masih dalam tahap penyelesaian pembangunan, sisanya telah beroperasi. Adapun sejumlah perusahaan tersebut antara lain, PT Delta Prima Steel, PT Meratus Jaya Iron & Steel, PT Krakatau Posco.


Kemudian, PT Smelting, PT Refined Bangka Tin, PT Tinindo Internusa, PT Well Harvest Winning Alumina, PT Indotama Ferro Alloys, PTCenturi Metalindo, PT Aneka Tambang, PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara, PT Bintang Smelter Indonesia, PT Macika Mineral Industri.


PT Sulawesi Mining Investment, PT Cahaya Modern Metal Industri, PT Bintang Timur Steel, PT Centuri Metalindo, PT Indoferro, PT Karyatama Konawe Utara, PT Heng Tai Yuan Indonesia Steel, PT Kinlin Nickel Industry, dan PT Monokem Surya.



BISNIS

Berita terkait

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

7 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

8 hari lalu

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

Delegasi Indonesia dan Tunisia membahas perjanjian perdagangan bilateral di Tangerang. Indonesia banyak mengekspor sawit dan mengimpor kurma.

Baca Selengkapnya

Ekspor Impor Oktober Melemah, Konflik Geopolitik dan Perlambatan Ekonomi Jadi Penyebab

16 November 2023

Ekspor Impor Oktober Melemah, Konflik Geopolitik dan Perlambatan Ekonomi Jadi Penyebab

Fajar Hirawan mengatakan kinerja perdagangan ekspor dan impor yang menurun atau terkontraksi pada Oktober 2023 terjadi akibat fenomena global.

Baca Selengkapnya

Terkini: Konser Coldplay di Jakarta Beberapa Jam Lagi, Hungaria Investasi Rp 4,7 Triliun untuk Proyek Tol Nirsentuh di Indonesia

15 November 2023

Terkini: Konser Coldplay di Jakarta Beberapa Jam Lagi, Hungaria Investasi Rp 4,7 Triliun untuk Proyek Tol Nirsentuh di Indonesia

Coldplay akan menyelenggarakan konser perdananya pada hari ini. Kehebohan warganet menjelang hari H terlihat di media massa sejak beberapa hari lalu.

Baca Selengkapnya

Bea Cukai Bantu Produk Kopi dan Perikanan UMKM Masuki Pasar Internasional

15 November 2023

Bea Cukai Bantu Produk Kopi dan Perikanan UMKM Masuki Pasar Internasional

Dua unit vertikal Bea Cukai, yakni Bea Cukai Jayapura dan Bea Cukai Labuan Bajo bantu pelaku UMKM realisasikan ekspor produk unggulannya.

Baca Selengkapnya

Jokowi Bentuk Satgas Peningkatan Ekspor Nasional, Berikut Isi Tim Pengarahnya

26 September 2023

Jokowi Bentuk Satgas Peningkatan Ekspor Nasional, Berikut Isi Tim Pengarahnya

Jokowi melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2023 membentuk Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional.

Baca Selengkapnya

Nilai Ekspor Indonesia 2022 Tumbuh 29,4 Persen, Komoditas Apa yang Berkontribusi?

11 Januari 2023

Nilai Ekspor Indonesia 2022 Tumbuh 29,4 Persen, Komoditas Apa yang Berkontribusi?

Nilai ekspor Indonesia pada 2022 tumbuh 29,4 persen dengan nilai US$ 268 miliar atau sekitar Rp 4.144 triliun. Beberapa komoditas seperti besi baja, bahan bakar fosil, dan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) berkontribusi dalam peningkatan tersebut.

Baca Selengkapnya

Kinerja Ekspor Mulai Tunjukkan Pelemahan, Sri Mulyani: Kita Harus Waspadai

20 Desember 2022

Kinerja Ekspor Mulai Tunjukkan Pelemahan, Sri Mulyani: Kita Harus Waspadai

Sri Mulyani mengatakan sepanjang Januari sampai November pertumbuhan ekspor Indonesia ada di 28,2 persen.

Baca Selengkapnya

Ekspor RI per September Turun 10,99 Persen, BPS Jelaskan Rinciannya

17 Oktober 2022

Ekspor RI per September Turun 10,99 Persen, BPS Jelaskan Rinciannya

BPS mencatat ekspor Indonesia pada September 2022 sebesar US$ 24,8 miliar.

Baca Selengkapnya

Bulan Mei Ekspor Pertanian Tumbuh 20,32 Persen

15 Juni 2022

Bulan Mei Ekspor Pertanian Tumbuh 20,32 Persen

Secara akumulatif Januari hingga Mei 2022, ekspor pertanian juga mengalami peningkatan.

Baca Selengkapnya