TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk menyatakan akan mengandalkan segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk menjaga pertumbuhan kredit di tengah pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Anika Faisal, Direktur Kepatuhan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, mengatakan potensi pasar di segmen UMKM masih besar. "Ini pasar yang opportunity-nya masih baik," ucapnya, seperti dikutip dari Harian Bisnis Indonesia, Selasa (23 Juni 2015).
Dia menambahkan segmen UMKM perseroan memiliki plafon lebih tinggi dibandingkan dengan segmen mikro. Plafon yang ditawrkan BTPN mencapai Rp1 miliar-Rp3 miliar di segmen UMKM. Anika menyebut, penyaluran kredit di segmen ini akan tumbuh cukup tinggi karena porsi kreditnya masih kecil dibandingkan segmen pensiun dan mikro.
Hingga akhir tahun ini, BTPN berencana memangkas target pertumbuhan kredit sebesar 1%-2% dari target semula di kisaran 15%. Per Maret 2015, penyaluran kredit BTPN mencapai Rp53,37 triliun atau tumbuh 13%.
Anika menyebut koreksi pertumbuhan kredit ini relatif sama dengan apa yang dilakukan perbankan secara umum. Koreksi ini antara lain dipicu perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Hingga Maret 2015,pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh 4,7%, level terendah dalam lima tahun terakhir.
Setali tiga uang, penyaluran kredit juga turut melambat. Per April 2015, pertumban kredit mencapai 10,4%, level terendah sejak 2010. "Kami lebih konservatif, kami fokus pada pertumbuhan yang berkualitas," ujarnya.
Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan
27 Februari 2024
Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan
Amartha dan Unilever Indonesia kolaborasikan jejaring usaha mikro Perempuan dengan jejaring bank sampah berbasis komunitas untuk kelola sampah plastik secara produktif dan ekonomis.
Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026
14 Juli 2023
Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026
Riset yang dilakukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama Ernst & Young Indonesia menemukan kebutuhan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah alias UMKM yang mencapai ribuan triliun pada 2026.