Para karyawan bekerja di dalam lambung kapal 155 Sunseeker yacht, yang diproduksi oleh Sunseeker International Ltd, di pabrik perusahaan di Poole, Inggris (10/6). Produksi industri Inggris naik untuk bulan ketiga pada bulan April, mendorong peningkatan tahunan ke terbesar sejak 2011. Chris Ratcliffe/Bloomberg via Getty Images
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian berupaya menghubungkan industri besar dan Industri Kecil Menengah (IKM) dengan mengubah sektor pada tataran eselon II di bidang IKM Kemenperin agar pertumbuhannya sejalan.
"Di IKM terjadi perubahan, yaitu tataran eselon II atau komandan lapangannya tidak lagi direktur wilayah, tapi sudah direktur sektor. Tapi sektornya berbeda dari sektor sebelumnya, bukan lagi sandang, pangan," ujar Dirjen IKM Kemenperin Euis Saedah di Palembang.
Euis mengatakan hal tersebut saat pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Penyusunan Program Pemberdayaan IKM Tahun 2016 di Palembang yang digelar pada 21-24 April 2015.
Pada acara yang dihadiri sekitr 500 orang tersebut, Euis menjelaskan bahwa eselon II bidang IKM akan disesuaikan dengan bidang eselon I Kemenperin.
"Kalau nantinya ada Dirjen Industri Agro, maka akan ada Direktur IKM Agro. Kalau ada Dirjen Industri Logam, Mesin, Transportasi dan Elektronika, maka akan ada direktur di bidang itu," ujar Euis.
Menurut Euis, hal tersebut dilakukan supaya struktur industri di Indonesia lebih kokoh dengan menggunakan produk buatan dalam negeri, yang akan mengurangi impor.
Misalnya, lanjut Euis, untuk industri perkapalan, pihaknya akan meminta kebutuhan komponen apa yang dibutuhkan industri tersebut dan belum ada di Indonesia, maka Euis akan berupaya menarik IKM untuk membuatnya.
"Misalnya industri perkapalan, ternyata komponennya masih impor. Kenapa tidak dibuat IKM. Jadi kedepan, saya berani minta IKM ini membuat apa yg dibutuhkan industri besar," kata Euis.
Euis berharap, dengan upaya mengintegrasikan industri besar dan IKM, Kemenperin berharap tumbuhnya industri besar akan diikuti dengan tumbuhnya IKM di Indonesia.
Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan
27 Februari 2024
Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan
Amartha dan Unilever Indonesia kolaborasikan jejaring usaha mikro Perempuan dengan jejaring bank sampah berbasis komunitas untuk kelola sampah plastik secara produktif dan ekonomis.
Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026
14 Juli 2023
Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026
Riset yang dilakukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama Ernst & Young Indonesia menemukan kebutuhan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah alias UMKM yang mencapai ribuan triliun pada 2026.