Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, menyalami warga setelah menjual paket sembako murah dengan harga Rp 35.000 yang di gelar Dinas Koperasi Jawa Tengah di halaman kantor Gubernur, jalan Pahlawan, Semarang (16/7). Tempo/Budi Purwanto
TEMPO.CO, Surakarta - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Surakarta memantau harga-harga kebutuhan pokok sepekan setelah kenaikan harga bahan bakar minyak telah terdongkrak 1,5-7 persen. Namun, tim khawatir jika tren kenaikan harga ini akan terus berlanjut.
"Kami takut harga kebutuhan pokok naik terus, sedikit demi sedikit," kata Wakil Ketua TPID Surakarta Ismet Irono, Rabu, 26 November 2014. (Baca: Rachmat Gobel: Penimbun Sembako Terancam Penjara)
Ismet mengacu pengalaman saat kenaikan harga BBM periode sebelumnya. Saat itu harga kebutuhan pokok merambat sedikit demi sedikit selama sebulan penuh. "Sekarang kami menanti janji distributor untuk tidak lagi menaikkan harga," ujarnya.
Ismet menilai kenaikan harga oleh distributor biasanya dipengaruhi tingkat kepercayaan ke pemerintah. Jika distributor atau pengusaha yakin bahwa langkah pemerintah mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM akan menjaga daya beli masyarakat, maka harga tidak akan naik lagi. "Tapi kalau pengusaha tidak yakin, harga bisa naik lagi meski bertahap. Ini hanya tentang kepercayaan ke pemerintah," kata Ismet. (Baca: Distribusi Terhambat, Pemerintah Minta Bantuan TNI)
Asisten Perekonomian Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Surakarta Nur Haryani menilai yang perlu mendapat perhatian adalah harga jual komoditas di tingkat pengecer. Dia meminta pedagang tidak mengambil keuntungan terlalu tinggi dari harga distributor. "Distributor harus aktif menginformasikan perubahan harga. Sehingga pedagang di pasar tradisional punya patokan harga terbaru," ujarnya.
Kementerian Perdagangan Sebut Sektor Penjualan Online Terbanyak Mendapat Keluhan dari Konsumen
10 hari lalu
Kementerian Perdagangan Sebut Sektor Penjualan Online Terbanyak Mendapat Keluhan dari Konsumen
Kementerian Perdagangan menyebut sektor penjualan online paling banyak dilaporkan keluhan konsumen lantaran banyak penipuan. Selain itu, Kemendag telah menutup setidaknya 223 akun yang diindikasi sebagai penipu.