TEMPO.CO, Jakarta - Kebijajan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan dari 7,5 persen menjadi 7,75 persen disambut negatif oleh pelaku pasar modal. Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan bakal terkoreksi lantaran kebijakan pengetatan moneter ini. (Baca: BI Rate Naik, Indeks Saham Semakin Terancam)
Analis dari Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, mengatakan pergerakan semua sektor saham bakal mengalami koreksi pada hari ini, Rabu, 19 November 2014. Namun titik beban IHSG diperkirakan akan berada pada sektor perbankan yang terbebani dengan kenaikan BI Rate. “Secara umum, bakal terjadi koreksi pada saham-saham perbankan,” ujarnya kepada Tempo. (Baca: Harga BBM Melambung, BI Rate Naik Jadi 7,75 Persen)
Secara teknikal, ujar Kiswoyo, harga saham-saham perbankan, seperti BBRI, BMRI, dan BBCA, sudah terlampau mahal. Sebagian investor biasanya bakal bersikap rasional untuk melepas sementara waktu kepemilikan saham tersebut.
Kepala Riset Panin Sekuritas Purwoko Sartono mengatakan, secara historis saat menghadapi kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, IHSG cenderung mengalami koreksi sebelum kemudian menguat dalam waktu yang lama. Potensi koreksi dalam jangka pendek semakin kuat setelah kenaikan BI Rate.
Purwoko menyarankan investor berhati-hati melakukan perdagangan, terutama pada saham-saham konstruksi, seperti ADHI dan WIKA. Alasannya, harga sebagian saham konstruksi sudah terlampau mahal. Sektor tersebut juga rentan dilanda aksi jual pasca-kenaikan BI Rate. Dia memperkirakan IHSG tertekan pada level 5.070-5.125.