TEMPO.CO, Jakarta - Hasil survei nasional literasi keuangan yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2013 menunjukkan baru 17,84 persen penduduk Indonesia yang mengerti manfaat asuransi. "Rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia mencerminkan masih banyak masyarakat di Indonesia yang tidak memahami pentingnya asuransi," kata Ketua Umum Dewan Asuransi Indonesia Hendrisman Rahim di Gedung Permata Kuningan, Jakarta, Senin, 13 Oktober 2014.
Temuan survei OJK tersebut menunjukkan hanya ada 18 dari 100 penduduk Indonesia yang memahami manfaat asuransi dengan baik (well literate). Sedangkan ada 12 dari 100 penduduk yang menggunakan produk dan jasa perasuransian, atau sekitar 11,81 persen. (Baca: Petani di Malang Dilindungi Asuransi Jiwa)
Penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa itu, menurut Hendrisman, merupakan pasar potensial bagi industri asuransi. Terutama melihat pertumbuhan kelas menengah yang cukup besar, mencapai 8 persen per tahun.
"Saat ini jumlah kelas menengah mencapai 50 juta orang dan akan mencapai puncaknya pada 25 tahun ke depan," tutur Hendrisman. Berbagai potensi lainnya pun terlihat dari banyaknya investor asing dan perusahaan asuransi asing yang sudah masuk ke Indonesia. (Baca: Sun Life Bayar Klaim Nasabah Syariah Rp 91,8 M)
Dalam kurun empat tahun dari 2008 hingga 2012, kontribusi sektor asuransi terhadap produk domestik bruto (PDB) di Indonesia meningkat 0,34 persen, yaitu dari 1,82 persen menjadi 2,16 persen. Hal tersebut ditingkatkan dengan terus mengupayakan pemahaman pada masyarakat soal pentingnya berasuransi.