Obligasi Tenor Panjang Diminati Pasar  

Reporter

Minggu, 6 Juli 2014 12:16 WIB

TEMPO/Bismo Agung

TEMPO.CO, Jakarta - Obligasi berjangka waktu panjang saat ini kian digemari pelaku pasar. Hal tersebut, menurut Kepala Riset PT Trust Securities Reza Priyambada, disebabkan imbal hasil (yield) tenor panjang mengalami kenaikan. "Pelaku pasar memilih obligasi tenor panjang karena adanya peningkatan harga yang lebih besar jika dibanding obligasi tenor pendek," tuturnya melalui pesan elektronik, Sabtu, 5 Juli 2014.

Obligasi pemerintah seri Benchmark FR0068 memiliki jatuh tempo 20 tahun menguat 133,26 basis poin, sementara seri FR0070 dengan tenggang waktu 10 tahun juga mengalami kenaikan harga 66,74 basis poin. Sedangkan obligasi swasta, seperti obligasi PWON dari PT Pakuwon Jati, mendapat respons positif setelah menerbitkan obligasi senilai US$ 168 juta dan mengalami oversubscribe 15 kali.

Sentimen positif terhadap rilis data-data makroekonomi, seperti rilis neraca perdagangan yang mengalami surplus US$ 70 juta dan tingkat inflasi yang tergolong rendah, ternyata juga berimbas pada laju bursa obligasi. Obligasi pemerintah maupun korporasi sama-sama bergerak positif. Reza juga menjelaskan bahwa penguatan nilai tukar rupiah ikut menguatkan pasar tersebut. Dengan demikian, ancaman kenaikan tarif dasar listrik pada 1 Juli kemarin untuk sementara tidak dihiraukan.

Pekan kemarin, pemerintah menyerap Rp 1,16 triliun atau di bawah target indikatif yang ditetapkan sebelumnya, Rp 1,5 triliun, bahkan di bawah total penawaran yang masuk senilai Rp 1,96 triliun.

Selain itu, pemerintah berhasil merilis obligasi perdana Eurobond yang ternyata laku di pasaran. Hal tersebut terlihat dari maraknya permintaan terhadap surat utang berdenominasi euro itu. Pemerintah merilis Surat Utang Negara Eurobond seri RIEUR0721 bertenor tujuh tahun senilai 1 miliar euro. Total penawaran yang masuk mencapai 6,7 miliar euro, atau obligasi yang dipesan 6,7 kali lebih banyak dari nilai penawaran (oversubscribed).

Pendistribusian seri RIEUR0721 adalah 24 persen untuk investor Inggris, 24 persen untuk investor Asia, 19 persen untuk investor Jerman dan Austria, 18 persen untuk investor Amerika Serikat, 4 persen untuk investor Swiss, dan 11 persen untuk investor Eropa lainnya.

"Kekhawatiran kami akan terjadinya penurunan terhadap obligasi tidak terbukti. Meski begitu, harus tetap mencermati perubahan sentimen terlebih jelang pilpres. Kami berharap apa pun hasil dari pilpres nanti dapat menghilangkan kekhawatiran pasar. Semoga pasar bisa bersikap rasional," ujar Reza.

AYU WANDARI

Berita terkait

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

3 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

5 hari lalu

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

Pemerintah meraup Rp 5,925 triliun dari pelelangan tujuh seri SBSN tambahan.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

6 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

25 hari lalu

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

Pemerintah RI menyalurkan bantuan Rp 6,5 M kepada Laos untuk mendukung pemerintah negara tersebut sebagai Keketuaan ASEAN 2024.

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

33 hari lalu

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.

Baca Selengkapnya

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

37 hari lalu

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

Museum Layang-Layang Indonesia memperingati 21 tahun eksistensinya mengabadikan kebudayaan layangan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pembatasan Ketat Barang Bawaan Impor Banyak Dikeluhkan, Ini Reaksi Kemenkeu

46 hari lalu

Pembatasan Ketat Barang Bawaan Impor Banyak Dikeluhkan, Ini Reaksi Kemenkeu

Kemenkeu memastikan aspirasi masyarakat tentang bea cukai produk impor yang merupakan barang bawaan bakal dipertimbangkan oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya

KPK Serahkan Barang Rampasan Hasil Perkara Korupsi ke Enam Instansi Pemerintah

49 hari lalu

KPK Serahkan Barang Rampasan Hasil Perkara Korupsi ke Enam Instansi Pemerintah

KPK menyerahkan barang rampasan negara hasil perkara tindak pidana korupsi kepada enam instansi pemerintah.

Baca Selengkapnya

Apa Itu SPT Tahunan?

53 hari lalu

Apa Itu SPT Tahunan?

SPT Tahunan adalah surat yang digunakan WP untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak, objek pajak, bukan objek pajak, harta, dan kewajiban.

Baca Selengkapnya

Ramai-ramai Tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Ini Awal Adanya Dana Bantuan Operasional Sekolah

55 hari lalu

Ramai-ramai Tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Ini Awal Adanya Dana Bantuan Operasional Sekolah

Dana BOS yang selama ini cukup banyak membantu pendidikan justru diwacanakan dialihkan sebagian ke program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya