TEMPO.CO, Jakarta - Posisi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang ditutup melemah 17 poin (0,3 persen) pada level 5.015 membuat pelaku pasar disarankan untuk bersikap hati-hati. Koreksi yang disebabkan oleh maraknya aksi jual tersebut diprediksi masih akan berlanjut.
Analis PT MNC Securities, Reza Nugraha, mengatakan laju indeks memang akan cenderung tertekan, lantaran selama sepekan harga sebagian saham memang sudah menguat terlalu signifikan. Setelah sentimen positif pemilihan presiden berlalu, sebagian pelaku pasar akhirnya cenderung melakukan posisi ambil untung (profit taking). “Profit taking akan banyak terjadi di sektor industri dasar,” ujarnya. (Baca: Aksi Beli Bakal Dongkrak IHSG Hari Ini)
Jika pun pelaku pasar tetap ingin melakukan perdagangan (trading), Reza menyarankan untuk mengambil posisi membeli saham pada harga yang terendah (buy on weakness). Namun, bila harga saham belum menyentuh posisi terendah, pelaku pasar diminta untuk menahan diri terlebih dahulu (wait and see). “Saat indeks sedang dilanda jenuh beli, pelaku pasar memang sebaiknya berhati-hati melakukan trading,” ucap Reza.
IHSG dibuka pada zona negatif pagi hari ini. Pada pukul 09.15 WIB, indeks bahkan sudah terkoreksi 30 poin (0,6 persen) ke level 4.984,54. (Baca: JK Cawapres, Indeks Bertahan di 5.000-an)
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.