Pengusaha Brunei Minati Agrobisnis Indonesia  

Reporter

Editor

Natalia Santi

Rabu, 16 April 2014 21:35 WIB

Duta Besar Indonesia untuk Brunei Darussalam Nurul Qomar (tengah) usai Roundtable Discussion "Business Opportunity in Remarkable Indonesia" di Bandar Seri Begawan (16/4). istimewa

TEMPO.CO, Bandar Seri Begawan – Sejumlah pengusaha Brunei Darussalam menyatakan minat mereka untuk menjalin kerja sama di bidang agrobisnis dengan para pengusaha Indonesia. Hal tersebut disampaikan dalam acara sarasehan bertema “Business Opportunity in Remarkable Indonesia” di Kedutaan Besar RI di Bandar Seri Begawan, Rabu, 16 April 2014.

“Penyebarluasan informasi kinerja makro-ekonomi Indonesia terkini merupakan langkah awal dalam upaya memberikan pemahaman kepada kalangan dunia usaha Brunei Darussalam mengenai kondisi perekonomian Indonesia dan peluang bisnisnya,” kata Duta Besar Nurul Qomar dalam sambutan acara yang digelar dalam rangka merayakan 30 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia-Brunei Darussalam tersebut.

Acara itu dihadiri beberapa pengusaha Indonesia dan sekitar 55 pengusaha Brunei Darussalam dari berbagai kelompok bisnis. Pengusaha Indonesia pada kesempatan itu mempresentasikan produk pertanian berupa pupuk organik. Pemaparan itu rupanya cukup menarik para pengusaha Brunei karena digunakannya bahan organik yang ramah lingkungan dan berasal dari produk yang halal.

Wakil Direktur Pertanian Kementerian Industri dan Sumber-sumber Utama Khartini binti Musa menyatakan sektor pertanian dan produk-produk pertanian Brunei cukup mapan dan kompetitif.

“Kami menekankan syarat-syarat halal, keselamatan, dan kualitas, di samping memastikan keamanan pangan bagi masyarakat konsumen Brunei Darussalam,” katanya.

Koordinator Fungsi Ekonomi KBRI Brunei Rudhito Widagdo memaparkan, banyak produk berkualitas Indonesia yang telah diperkenalkan dengan pendekatan dari pintu ke pintu untuk memasuki pasaran di Brunei. Antara lain bahan bangunan, makanan dan minuman, produk pertanian, perabot, produk kayu, aromaterapi, dan industri pariwisata.

Namun masih ada masalah, yakni kompleksnya pengangkutan produk dalam jumlah besar ke Brunei. “Perlu dipertimbangkan secara serius adanya kemudahan pengangkutan barang dari Indonesia langsung ke Brunei Darussalam khususnya dalam jumlah besar. Hal ini tentu akan menekan biaya produksi supaya harga jual produk Indonesia lebih kompetitif,” kata Rudhito.




NATALIA SANTI




Berita Lainnya:
Sebar 10 Ribu Pornografi Anak, Manajer Ditangkap
KPAI: Siswa TK Korban Pelecehan Perlu Didampingi
Cegah Pelecehan, Kontrol Sekolah Diperketat
Guru Honorer Terlibat Jual-Beli Kunci Jawaban Unas

Berita terkait

Nurseri Modern Tanaman Perkebunan di Cianjur Diresmikan

20 Juli 2023

Nurseri Modern Tanaman Perkebunan di Cianjur Diresmikan

Nurseri modern akan mendorong pertumbuhan wilayah agribisnis

Baca Selengkapnya

Peluang dan Peran Fintech Lending di Sektor Agribisnis

5 November 2022

Peluang dan Peran Fintech Lending di Sektor Agribisnis

Baik fintech maupun agritech dapat membantu mengelola risiko terkait pertanian dengan memberikan data kepada pemberi pinjaman untuk penjaminan dan mitigasi risiko yang lebih baik

Baca Selengkapnya

Ubi Cilembu Asal Sumedang Tembus Pasar Ekspor Singapura, Malaysia, dan Hong Kong

28 Februari 2022

Ubi Cilembu Asal Sumedang Tembus Pasar Ekspor Singapura, Malaysia, dan Hong Kong

Ubi Cilembu yang berasal dari Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ternyata diminati di mancanegara, di antaranya Singapura, Malaysia dan Hongkong.

Baca Selengkapnya

Sektor Pertanian dan Agroindustri Berpotensi Besar

23 Februari 2021

Sektor Pertanian dan Agroindustri Berpotensi Besar

LPEM FEB UI menemukan setiap 1 persen pertumbuhan sektor pertanian secara tidak langsung berdampak besar terhadap 1,36 persen pertumbuhan industri.

Baca Selengkapnya

JAPFA Raih Best of Best Versi Forbes Indonesia

1 November 2019

JAPFA Raih Best of Best Versi Forbes Indonesia

Manajemen PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk telah melakukan transformasi digital dalam proses produksi.

Baca Selengkapnya

Perang Tomat Gantikan Perang Cambuk Para Jawara

14 Oktober 2016

Perang Tomat Gantikan Perang Cambuk Para Jawara

Dalam sehari tomat yang dipanen di desa Serang bisa mencapai 15 ton.

Baca Selengkapnya

Rumput Laut Indonesia Terancam di AS, Ini Efek Dominonya

9 Agustus 2016

Rumput Laut Indonesia Terancam di AS, Ini Efek Dominonya

Kalangan asosiasi menilai pencoretan rumput laut dari daftar pangan organik di Amerika bukan merupakan masalah besar.

Baca Selengkapnya

Singapura Lirik Industri Pengolahan Makanan di Jawa Barat

26 Juli 2016

Singapura Lirik Industri Pengolahan Makanan di Jawa Barat

Singapura menjajaki pembangunan pabrik pengolahan makanan di Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Michelin Berencana Buka Pabrik Karet di Indonesia

28 Oktober 2015

Michelin Berencana Buka Pabrik Karet di Indonesia

Michelin ingin membuka perkebunan dan pabrik karet di
Indonesia terkait anjuran Menteri Perindustrian untuk
berekspansi ke sektor hulu.

Baca Selengkapnya

12 Negara Bahas Rumput Laut di Makassar  

26 Oktober 2015

12 Negara Bahas Rumput Laut di Makassar  

Pertemuan ini penting untuk menangkal upaya sejumlah negara di Eropa memboikot produk rumput laut.

Baca Selengkapnya