TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia menilai harus ada upaya untuk terus menjaga inflasi dan kesehatan neraca perdagangan di antaranya dengan menjaga sejumlah rasio makro ekonomi agar tetap sehat. “Dua-duanya (inflasi dan neraca perdagangan) harus dijaga,” ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara, Rabu, 2 April 2014.
Ia mencontohkan sejumlah rasio makro ekonomi itu yakni rasio utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang harus dijaga agar tak terlalu tinggi. Selain itu utang swasta juga harus dikendalikan.
“Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pun jangan sampai 3 persen PDB. Bahkan kalau bisa jangan sampai 2,5 persen dari PDB,” tutur Mirza. Selain itu, inflasi juga harus dijaga supaya tetap rendah.
Nah, menurut dia, pemerintah juga harus berani mengambil kebijakan agar bisa menjaga rasio makro ekonomi itu tetap sehat, meskipun dengan kebijakan yang tak populer. “Misalnya dengan menaikkan suku bunga yan tidak populer, tapi itu kan dalam rangka menjaga stabilitas,” ucapnya. Pertumbuhan ekonomi yang turun dari 6,3 persen menjadi 5,7 persen tahun lalu pun tak terlalu dianggap masalah.
Dari kaca mata bank sentral, kata Mirza, pihaknya tak secara pasti menyebutkan lebih memilih untuk menjaga tingkat kenaikan harga atau kesehatan neraca perdagangan sebagai bentuk reformasi struktural. “Kalau ada penyesuaian harga BBM sama seperti 2013, akan ada penurunan impor BBM. Pasti akan lebih terkendali (konsumsi BBM,” katanya.
Tapi selanjutnya dampak dari kenaikan harga BBM adalah melonjaknya laju inflasi. “Memang tak bisa dihindari, tapi bisa dimengerti,” ujarnya.