Pekerja membuat tahu di sentra industri tahu tempe Cibuntu, Bandung, Jawa Barat, Senin (14/5). Harga kedelai melonjak ke kisaran Rp 7.000 per kg dari semula sekitar Rp 6.000. Produsen tahu mengurangi produksinya hingga hampir 50 persen dan pabrik tahu dengan produksi dibawah 100 kg per hari memilih untuk berhenti produksi. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Bogor -- Mahalnya harga kedelai menyulitkan perajin tempe untuk berproduksi secara normal. Sebagian yang tak kuat menahan laju membengkaknya ongkos produksi tempe memilih menghentikan produksi.
Kondisi itu terjadi salah satunya di Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 170 dari 1.110 perajin tempe dan tahu yang tergabung dalam Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Bogor Raya mengancam mogok produksi selama lima hari mulai 4-8 September 2013.
Ketua Primkopti Kota Bogor, Muchtar Shatrie, mengatakan ancaman mogok produksi karena mahalnya harga kedelai. "Kami kecewa kepada pemerintah," katanya di Bogor, Rabu, 28 Agustus 2013. Muchtar berharap Perum Bulog segera mengambil langkah menurunkan harga kedelai.
Saat ini, harga kedelai mencapai Rp 9.200 per kilogram. Kondisi normal harga bahan baku tempe ini dibanderol Rp 7.300 per kilogram. Muchtar mengatakan kondisi yang menyulitkan ini membuat 50 dari 130 perajin tempe Kota Bogor gulung tikar. Adapun sisanya memilih mengurangi produksi. Akibatnya pasokan tempe berkurang dan mengancam naiknya harga tempe.
Kementerian Perdagangan Sebut Sektor Penjualan Online Terbanyak Mendapat Keluhan dari Konsumen
10 hari lalu
Kementerian Perdagangan Sebut Sektor Penjualan Online Terbanyak Mendapat Keluhan dari Konsumen
Kementerian Perdagangan menyebut sektor penjualan online paling banyak dilaporkan keluhan konsumen lantaran banyak penipuan. Selain itu, Kemendag telah menutup setidaknya 223 akun yang diindikasi sebagai penipu.